Cerita Dewasa Istriku Dan Ibunya

Cerita Dewasa Istriku Dan Ibunya

Cerita Dewasa Istriku Dan Ibunya

Cerita Dewasa kali ini menceritakan tentang kisah Cerita Dewasa Istriku Dan Ibunya , cerita ini merupakan kisah nyata yang di alamin oleh salah satu penulis cerita yang di tuangkan menjadi sebuah cerita sex yang membuat nafsu gitu mengebu ngebu. Silahkan di simak langsung Cerita 17+ kali ini :

Cerita Dewasa Istriku Dan Ibunya - Peristiwa yang kualami ini memang sulit dipercaya, tetapi itu memang benar terjadi. 

Aku menikah dengan istriku dalam usia yang relatif masih cukup muda. 

Aku berumur 24 tahun dan istriku 21 tahun. 

Setahun kami telah menikah ketika aku baru selesai di wisuda. Dalam usia yang masih muda kami masing-masing mempunyai keinginan sex yang cukup tinggi. 

Istri cukup mampu mengimbangi birahiku yang selalu menggebu-gebu. Hampir setiap malam kami selalu “ bertempur”.Pertempuran itu selalu berlangsung sampai tiga babak, sehingga kami kelelahan dan tidur pulas setelah itu. 

Kami sepakat untuk tidak buru-buru mempunyai anak, agar bebas bermain kapan saja tanpa ada gangguan. Sebagai keluarga muda aku mewarisi perusahaan orang tua istriku yang cukup besar, sehingga dari segi keuangan aku tidak pernah bingung. Meski kami memiliki rumah yang merupakan hadiah perkawinan, tetapi kami memilih tinggal di apartemen di tengah kota, agar dekat dengan kantorku.

Kehidupan privat kami mulai agak terganggu ketika mertua perempuanku memutuskan ikut tinggal bersama kami, setelah suaminya meninggal. Rumahnya dikontrakkan seperti juga rumahku. Dia beralasan ingin membantu urusan rumah tangga kami. Maklum kami berdua sibuk. Aku seharian bekerja sedang istriku sibuk dengan urusan kampusnya. Kami tidak memiliki pembantu, sehingga semua urusan rumah tangga biasanya diselesaikan kami berdua.

Sejak ada mertuaku, dia banyak membantu membereskan urusan rumah tangga. Mulai dari membuat masakan sampai mencuci baju dan membersihkan rumah.Ibu Mertuaku usianya sekitar 38 tahun, terlihat masih cantik, putih seperti juga istriku. 

Hanya seperti umumnya wanita setengah umur bodynya agak subur, tetapi masih termasuk proporsional. Kulit mukanya masih kencang, teteknya tegak menantang dan yang sering menarik perhatianku, bokongnya membulat besar dan menonjol.

Pada awalnya aku kurang memperhatikan daya tarik sex mertuaku. Namun lama-kalamaan aku jadi sering melirik dia, karena jika mengenakan pakaian rumah, dia tidak pernah mengenakan BH sehingga selain teteknya bergerak mengajun-ayun jika berjalan, puting susunya juga jelas tercetak di balik bahan kaus yang dia kenakan. Istriku termasuk anak manja dan “anak mami”. Aku bisa maklum karena dia memang anak tunggal. Banyak hal dia selalu meminta pertimbangan maminya ketimbang meminta saran dariku.

Setelah 3 bulan kami tinggal bersama “mami”, aku mulai merasakan bahwa mami istriku termasuk perempuan yang bertipe menggoda. Dia sering keluar kamar mandi dengan hanya menutup bagian bawahnya dengan handuk dan bagian atasnya hanya ditutup oleh BH yang kelihatannya kekecilan. Sering dengan pakaian seperti itu dia menyibukkan diri di dapur menyelesaikan masakan, atau mencuci piring.

Yang lebih parahnya kadang-kadang dalam keadaan begitu ikut pula ngobrol bersama kami di ruang keluarga sambil menonton TV. Istri tidak pernah protes. Mungkin mereka dulu di rumahnya memang gaya hidupnya begitu. Aku tidak banyak tahu, karena aku mengenal istriku melalui proses singkat, yakni 3 bulan langsung maju ke pelaminan.

Terbawa oleh suasana ibunya, istriku jadi ikut-ikutan. Jika mulanya dia melenggang dengan santai hanya dengan mengenakan celana dalam dan BH di seputar rumah, akhirnya dia malah hanya mengenakan celana dalam saja dan membiarkan susunya yang kenyal bergerak leluasa. Ketika kutanya kenapa dia melakukan itu, katanya dia merasa lebih leluasa dengan gaya begitu. Dan baru ku ketahui bahwa di keluarga istriku cara berpakaian di rumah dulu memang begitu.

Mereka memang cukup lama tinggal di Eropa. Istriku sejak SD sampai lulus SMA tinggal di luar negeri. Maklum karena Ayahnya orang Jerman. Ibunya dari Sulawesi Utara. Pembaca pasti membayangkan bahwa istriku cantik. Memang betul, dia cantik dan dari keluarga kaya. Aku memang ketiban durian runtuh, dapat istri cantik, kaya dan mewariskan harta berlimpah kepadaku.

Aku mulai ikut menyesuaikan gaya hidup setengah telanjang di rumah. Aku memberanikan diri hanya bercawat saja di rumah. Ibu mertuaku kelihatan biasa saja melihatku hanya bercawat. Padahal di keluargaku. Jika aku hanya mengenakan singlet tanpa baju luar sudah ditegur. Di keluargaku, pantang sekali makan di meja makan tanpa memakai baju atas. Sekarang aku makan bertiga di meja makan dengan hanya bercawat saja.

Setelah sekitar seminggu aku terbiasa bercawat di rumah, Ibu mertuaku bergerak makin maju. Dia bersikap lebih maju lagi, dengan membiarkan dadanya terbuka tanpa BH. Aku sempat gugup pada awalnya karena mana mungkin aku terus-terusan menghindar tidak melihat tetek besar mertuaku. 

Tapi jika pun aku menatap ke dadanya dia tampaknya tidak peduli. Istriku juga kelihatannya tidak mempedulikan aku jika kebetulan kepergok aku memandangi tetek maminya yang bergoyang-goyang ketika berjalan.

Kalau kami berkumpul bertiga di ruang keluarga sambil menonton siaran TV, sering aku dibuat rikuh oleh tingkah polah istriku. Dia mencumbui aku, sampai menghisap penisku di depan ibunya.Anehnya mami santai saja melihat percumbuan kami. Dia tidak mengomentari dan juga tidak malu-malu melihat apa saja yang dilakukan istriku. Aku sebetulnya agak jengah dengan situasi seperti itu, tetapi ini adalah pengalaman baru. 

Apalagi aku dalam situasi birahi tinggi, sehingga otakku jadi agak kurang waras. Jika situasi sudah semakin hot, mami menyarankan kami berdua masuk kamar. Tanpa malu-malu istriku menyeret tanganku masuk ke kamar.

Aku tidak ingat ketika dalam keadaan sangat terangsang di seret masuk oleh istriku, apakah pintu kamar sudah tertutup atau belum karena istriku langsung mendorongku telentang di tempat tidur.Aku baru terkejut ketika mami berkacak pinggang di pintu melihat kami melakukan persetubuhan. Pada saat ditonton mami, Istri sedang berada diatasku menggenjot sambil melenguh-lenguh. Aku sebetulnya terganggu konsentrasiku melihat mami menonton. Tapi istriku tidak perduli. “ Gerakannya jangan gitu meis” kata mami kepada istriku.

Mami mengomentari gerakan istriku. Dia mendekat dan memegangi pinggul istriku. Dia menjadi pengarah gerak. Mami mengajari agar pinggul istriku bergerak memutar dengan gerakan konstan. 

Istriku diajari berkali-kali tidak juga paham, dan dia bingung dengan gerakan itu. Mami berkali-kali pula mengoreksi gerakan dari istriku. Kuakui gerakan arahan mami itu jika dilakukan secara benar oleh istriku memberi rasa nikmat yang luar biasa. Penisku seperti dipelintir-pelintir. Tapi dia berkali-kali salah karena bingung.

Entah karena terangsang atau karena geram mengajari anaknya tidak melakukannya secara benar, istriku di suruh minggir. Eh dia manut saja. Yang membuatku terbengong-bengong. Mami sudah telanjang naik ke tempat tidur langsung duduk di atas penisku dan ditancapkannya penisku di lubang vaginanya yang sudah licin. Mami langsung melakukan gerakan memutar. 

Rasa nikmatnya memang luar biasa. Aku jadi lupa diri dan tanganku otomatis meremas-remas kedua susu besar yang tersaji di depanku. Aku sebetulnya ingin bertahan, tetapi kepiawaian mami mengolah gerak membuatku jebol.

Tanpa aba-aba kulepas tembakan sperma ke dalam memek mami. Dia terus memeras penisku sampai akhirnya penisku melemas dan keluar dengan sendirinya dari lubang vagina mami.

“Yaaaa mami kok dihabisin sendiri, aku tadi kan sedang nanggung, “ kata istriku komplain.

Mami berusaha menenangkan anaknya dalam bahasa campuran Indonesia dan Jerman. Dia mengajari anaknya untuk bisa membangunkan penis dengan waktu relafit singkat. Tanpa rasa jijik dan malu. 

Mami langsung mengulum penisku dengan gaya menyeruput kuah sup. Olahan lidahnya di sekitar kepala penisku dan suara menyeruput membuat aku jadi bergairah. Mami merangsang melalui hampir semua indraku. Mataku terpaku melihat belahan memek mami yang terpampang di depan mataku. 

Dia mengatur posisi nunging membelakangiku. Melalui pendengaranku ikut merangsang karena mendengar seruputan mulut mami di penisku, Saraf perabaku merasa terpacu merasakan leher penisku di tekan-tekan oleh ujung lidah mami, dan yang lebih memukau lagi memeknya mami digoser-goserkan di mulutku yang sedang menganga keheranan.

Tidak sampai 10 menit penisku sudah tegak mengeras. Mami lalu bangkit dan memberi kesempatan kepada istriku untuk melanjutkan permainan. Istriku mulai mahir melakukan gerakan memutar. 

Mungkin gerakan itu membuat dirinya terasa maksimal merasa nikmat sehingga dalam waktu relatif singkat dia sudah mengerang mencapai orgasmenya. Aku tidak memberi waktu istirahat terlalu lama. 

Posisi segera aku balik dengan menelentangkan dirinya dan aku langsung menikam memeknya dengan penisku yang sudah mengeras sempurnya. Aku mengenal betul posisi yang disukai istriku, sehingga aku menggenjotnya terus pada posisi yang disukai itu. Pada posisi MOT istriku sampai mendapat 3 orgasme yang jaraknya dekat-dekat. 

Mungkin karena lama-lama memeknya terasa ngilu akibat aku genjot terus walau dia orgasme. Dia minta aku menyudahi permainan. Padahal aku masih jauh dari finish.

“Sudah-sudah kasihan dia kecapaian,” kata mami.

Aku terpaksa berhenti dan mencabut kontolku yang sedang garang. Mami mendorong badanku sehingga aku jatuh telentang. Belum sempat aku menyadari situasi yang akan terjadi. Mami sudah berada diatas penisku dan dia langsung menyarangkan senjataku ke vaginanya.

Mami langsung bergerak aktif dengan pusaran mautnya. Kali ini aku berusaha bertahan untuk tidak cepat jebol. Mami makin bersemangat dan akhirnya dia pun mencapai orgasme dan ambruk di dadaku.

Karena masih ada kemampuan aku membalikkan posisi dan mami aku tindih dan langsung menggenjotnya. Aku terus berusaha mencari posisi yang dirasa mami maksimal rangsangannya. 

Setelah kutemukan posisi itu dengan tanda erangan-erangan mami aku menggenjotnya terus. Mami mencapai lagi orgasmenya dan dia berusaha menghentikan gerakanku dengan memeluk tubuhku erat-erat sehingga aku sukar bergerak. Aku merasa sekujur penisku dipijat-pijat oleh dinding vagina mami.

Saat pelukannya merenggang aku kembali memacunya. Harus kuakui bahwa vagina mami masih cukup ketat mencengkeram batang penisku. 

Dia mempunyai teknik yang bagus mengolah lubang vaginanya sehingga mengesankan bahwa lubangnya mencengkeram. Aku merasa penisku terus menerus seperti dipijat-pijat oleh dinding vaginanya.

 Aku hanya mampu memberi mami satu puncak lagi yang datangnya bersama-sama dengan puncakku. Aku mengerang bersamaan dengan mami dan melepas spermaku dengan menghunjam penisku sedalam-dalamnya ke memeknya.

Mami kuakui sangat jagoan menservice laki-laki.

Meski aku senang dan bahagia, tetapi dalam hatiku masih bertanya, kenapa istriku memberi kesempatan maminya menikmati kontolku. Dia malah tidak terkesan sama sekali cemburu, atau kecewa. Dia tetap menyanyangiku . Buktinya selesai aku menggenjot maminya aku dipeluknya erat-erat sampai kami tertidur.

Paginya ketika aku bangun, kudapati kami tidur bertiga dalam keadaan bugil di dalam selimut. Air maniku berceceran dimana-mana mengotori sprei dan selimut. Kubangunkan istriku, dan mertuaku juga ikut bangun. 

Kami bangkit bertiga dan bergandengan kami menuju kamar mandi. Bertiga kami mandi telanjang saling menyabuni dan saling mengeringkan badan dengan handuk. Setelah itu kami tidak lagi mengenakan pakaian sarapan pagi dan terus sepanjang hari bertelanjang di rumah.

Istri tidak segan-segan mengentotiku di ruang keluarga di depan maminya. Tapi yang lebih aneh istri membiarkan maminya ketika mami ingin menyetubuhiku.Prakteknya aku seperti mempunyai dua istri yang bisa kugarap dalam satu ranjang kapan pun waktunya. 

Dua istri satu ranjang sudah kedengarannya aneh, yang kualami lebih aneh lagi karena dua perempuan itu adalah anak dan ibu.

Aku sempat khawatir, spermaku membuahi rahim mami. Istriku menjelaskan bahwa ibunya telah disteril, jadi tidak bisa dibuahi lagi.Anak dan ibu mempunyai nafsu sex yang luar biasa dan kadang-kadang agak aneh juga. 

Anehnya istriku sering menyuruh mami merangsangku, ketika aku sedang asyik menikmati tayangan sepak bola di tengah malam. 

Aku sebenarnya ingin menolak karena semula lebih menginginkan konsentrasi menonton pertandingan, tetapi, aku tak kuasa menahan rangsangan mami, sehingga konsentrasiku ke TV buyar.

Bagaiman Dengan Cerita Dewasa Istriku Dan Ibunya ? Seru bukan ? Dan jangan lupa untuk di simak Cerita Dewasa lainnya Seperti di bawah ini :

Cerita Sex Tante Siska Yang Cantik

Cerita Sex Tante Siska Yang Cantik

Cerita Sex Tante Siska Yang Cantik

Cerita Dewasa kali ini menceritakan tentang kisah Cerita Sex Tante Siska Yang Cantik , cerita ini merupakan kisah nyata yang di alamin oleh salah satu penulis cerita yang di tuangkan menjadi sebuah cerita sex yang membuat nafsu gitu mengebu ngebu. Silahkan di simak langsung Cerita 17+ kali ini :

Cerita Sex Tante Siska Yang Cantik - Kisah ini berawal ketika saya menginap di rumah om saya di daerah bandung, cerita kegilaan ini menghasilkan cerita sex yang ga biasa, yaitu ngesex dengan tante ku sendiri yang memang kalau dibilang luar biasa body nya, memang aku sering berfikir yang neko-neko ketika aku berada di sampingnya, gimana nggak, aku seringme nemui tante ku tersebut habis mandi hanya pake handuk, padahal tubuhnya yang molek dan seksi dengan tonjolan dada yang mantab itu selalu terlihat menyembul sebagai belahan di sela-sela handuk yang dipake, semakin sering aku ngelihat semakin horny juga ku dan kadang karena tak kuasa maka aku langsung lari ke toilet untuk onani.

Singkat cerita, begini kisahnya, om saya telah menikah dan memiliki 2 anak lelaki yang lucu umur tiga dan lima tahun, serta memiliki istri yang cukup cantik (menurut saya) umurnya sekitar 27 tahun.

Awal kejadiannya adalah pada hari sabtu malam saya mendengar pertengkaran di rumah tersebut, yang tidak lain adalah om dengan tante saya. 

Ternyata penyakit ‘gatel’ om saya kambuh lagi yaitu sering pergi ke diskotik bersama temannya. 

Hal tersebut sangat menyakitkan tante saya, karena di sana om saya akan mabuk-mabukan dan terkadang pulangnya bisa pada hari Minggu malam. 

Entahlah apa yang dilakukan di sana bersama teman-temannya. Dan pada saat itu hanya aku bertiga saja di rumah: saya, Om Pram dan Tante Sis.

“Gubraakkk..” suara gelas pecah menghantam pintu, cukup membuat saya kaget, dan om saya dengan marah-marah berjalan keluar kamar. Dari dalam kamar terdengar tante saya berteriak,

“Nggak usah pulang sekalian, cepet ceraikan aku.” Dalam hatiku berkata,

“Wah ribut lagi.” Om Pram langsung berjalan keluar rumah, menstarter mobilnya dan pergi entah ke mana.

Di dalam kamar, aku mendengar Tante Sis menangis. 

Aku mau masuk ke dalam tapi takut kena damprat olehnya (kesalahan Om Pram dilimpahkan kepadaku). 

Tapi aku jadi penasaran juga. 

Takut nanti terjadi apa-apa terhadap Tante Sis. Maksudku akibat kecewa sama Om Pram dia langsung bunuh diri.

Pelan-pelan kubuka pintu kamarnya. 

Dan kulihat dia menangis menunduk di depan meja rias. 

Aku berinisiatif masuk pelan-pelan sambil menghindari pecahan gelas yang tadi sempat dilemparkan oleh Tante Sis. 

Kuhampiri dia dan dengan pelan.

Aku bertanya,

“Kenapa Tan? Om kambuh lagi?”

Dia tidak menjawab, hanya diam saja dan sesekali terdengar isak tangisnya. 

Cukup lama aku berdiri di belakangnya. 

Pada waktu itu aku hanya memandangnya dari belakang, dan kulihat ternyata Tante Sis mengenakan baju tidur yang cukup menggiurkan. 

Pada saat itu aku belum berpikiran macam-macam. Aku hanya berkesimpulan mungkin Tante Sis mengajak Om Pram, berdua saja di rumah, karena anak-anak mereka sedang pergi menginap di rumah adik Tante Sis.

Dan mungkin juga Tante Sis mengajak Om bercinta (karena baju yang dikenakan cukup menggiurkan, daster tipis, dengan warna pink dan panjang sekitar 15 cm di atas lutut). 

Tetapi Om Pram tidak mau, dia lebih mementingkan teman-temannya dari pada Tante Sis.

Tiba-tiba Tante Sis berkata, “Om kamu kayaknya udah nggak sayang lagi sama Tante. 

Sekarang dia pergi bersama teman-temannya ke depok, ninggalin Tante sendirian di rumah, apa Tante udah nggak cakep lagi.” Ketika Tante Sis berkata demikian dia berbalik menatapku. Aku setengah kaget, ketika mataku tidak sengaja menatap buah dadanya (kira-kira berukuran 34). 

Di situ terlihat puting susunya yang tercetak dari daster yang dikenakannya. Aku lumayan kaget juga menyaksikan tubuh tanteku itu.

Aku terdiam sebentar dan aku ingat tadi Tante Sis menanyakan sesuatu, aku langsung mendekatinya (dengan harapan dapat melihat payudaranya lebih dekat lagi).

“Tante masih cantik kok, dan Om kan pergi sama temannya. Jadi nggak usah khawatir Tan!”

“Iya tapi temennya itu brengsek semua, mereka pasti mabuk-mabukan lagi dan main perempuan di sana.”

Aku jadi bingung menjawabnya. 

Secara refleks kupegang tangannya dan berkata, “Tenang aja Tan, Om nggak bakal macem-macem kok.” (tapi pikiranku sudah mulai macam-macam).

“Tapi Tante denger dia punya pacar di surabaya, malahan Tante kemarin pergoki dia telponan ama cewek, kalo nggak salah namanya Sella.” situs judi online

“Masak Om tega sih ninggalin Tante demi cewek yang baru kenal, mungkin itu temennya kali Tan, dan lagian Tante masih tetap cantik kok.”

Tanpa Tante Sis sadari tangan kananku sudah di atas paha Tante Sis karena tangan kiriku masih memegang tangannya.

Perlahan-lahan pahanya kuusap secara halus, hal ini kulakukan karena aku berkesimpulan bahwa tanteku sudah lama tidak disentuh secara lembut oleh lelaki.

Tiba-tiba tanganku yang memegang pahanya ditepis oleh Tante Sis, dan berdiri dari duduknya, “Saya tantemu saya harap kamu jangan kurang ajar sama Tante, sekarang Tante harap kamu keluar dari kamar tante sekarang juga!” Dengan nada marah Tante Sis mengusirku.

Cukup kaget juga aku mendengar itu, dan dengan perasaan malu aku berdiri dan meminta maaf, kepada Tante Sis karena kekurangajaranku. 

Aku berjalan pelan untuk keluar dari kamar tanteku. 

Sambil berjalan aku berpikir, aku benar-benar terangsang dan tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini. 

Sejak aku putus dengan pacarku, terus terang kebutuhan biologisku kusalurkan lewat tanganku.

Setelah sampai di depan pintu aku menoleh kepada Tante Sis lagi. Dia hanya berdiri menatapku, dengan nafas tersenggal-senggal (mungkin marah bercampur sedih menjadi satu). 

Aku membalikkan badan lagi dan di pikiranku aku harus mendapatkannya malam ini juga. 

Dengan masa bodoh aku menutup pintu kamar dari dalam dan menguncinya, lalu langsung berbalik menatap tanteku. 

Tante Sis cukup kaget melihat apa yang aku perbuat. Otakku sudah dipenuhi oleh nafsu binatang.

“Mau apa kamu?” tanyanya dengan gugup bercampur kaget.

“Tante mungkin sekarang Om sedang bersenang-senang bersama pacar barunya, lebih baik kita juga bersenang-senang di sini, saya akan memuaskan Tante”. 

Dengan nafsu kutarik tubuh tanteku ke ranjang, dia meronta-ronta, Tante Sis memiliki tinggi tubuh sekitar 165 cm dan berat kurang lebih 50 kg) aku dapat mendorongnya ke ranjang, lalu menindihnya.

“Lepasin Tante, deh,” suara keluar dari mulutnya tapi aku sudah tidak peduli dengan rontaannya.

Dasternya kusingkap ke atas. Ternyata Tante Sis tidak mengenakan celana dalam sehingga terpampang gundukan bukit kemaluannya yang menggiurkan, dan dengan kasar kutarik dasternya bagian atas hingga payudaranya terpampang di depanku. 

Dengan bernafsu aku langsung menghisap putingnya, tubuh tanteku masih meronta-ronta, dengan tidak sabar aku langsung merobek dasternya dan dengan nafsu kujilati seluruh tubuhnya terutama payudaranya, cukup harum tubuh tanteku.

Akibat rontaannya aku mengalami kesulitan untuk membuka pakaianku, tapi pelan-pelan aku dapat membuka baju dan celanaku. 

Sambil membuka baju dan celanaku itu, dengan bergantian tanganku mengusap bukit kemaluannya yang menurutku mulai basah (mungkin Tante Sis sudah mulai terangsang walaupun masih berkurang tetapi frekuensinya agak menurun sedikit).

Kemaluanku telah berdiri tegak dan kokoh nafsu telah menyelimuti semua kesadaranku bahwa yang kugeluti ini adalah isteri pamanku sendiri….yaitu tanteku….

Dengan tidak sabar aku langsung berusaha membenamkan kejantananku ke liang 
TANTEKU……….. ,

Aku agak kesulitan menemukan celah kewanitaan tanteku,kadang kemaluanku meleset keatas dan bahkan kadang meleset kearah lubang anus tanteku .

Ini disebabkan tanteku bergerak kesana kemari berusaha menghindar dan menghalangi kemaluanku yang sudah siap tempur ini……………………………………..

“heh, jangan, aku Tantemu tolong lepasin, ampun, Tante minta ampun”. 

Aku sudah tidak peduli lagi Rengekannya. …….usahaku kepalang tanggung dan harus berhasil……

Karena gagalpun mungkin akibatnya akan sama

Bahkan mungkin lebih fatal akibatnya…….

Ketika lubang senggamanya kurasa sudah pas dengan dibantu cairan yang keluar dari liang kewanitaannya aku langsung menghujamkan senjataku.

“Auuhh, sakit, aduh.. Tante minta ampun.. tolong jangan lakukan …..lepasin Tante..” 

Ketika mendengar rintihannya, aku jadi kasihan, tetapi senjataku sudah di dalam,

“Maaf Tante, saya sudah tidak tahan dan punyaku sudah terlanjur masuk nih…..,” bisikku ke telinganya. Tante Sis hanya diam saja. Dan tidak berkata apa-apa.

Dengan pelan dan pasti aku mulai memompa kemaluanku naik turun, ……..tanteku menggelinjang hebat…..seakan akan masih ada sedikit pemberontakan dalam dirinya…. ssshhhhhhhhh….tanteku hanya mendesis lirih sambil menolehkan kepalanya kekiri dan kekanan tak mau menatap wajahku…….kemudian Dia hanya diam pasrah dan kulihat air matanya berlinang keluar.

Kucium keningnya dan bibirnya, sambil membisikkan, “Tante, Tante masih cantik dan tetap mengairahkan kok, saya sayang Tante, bila Om sudah tidak sayang lagi, biar saya yang menyayangi Tante.” Tante Sis hanya diam saja, dan kurasakan pinggulnya pun ikut bergoyang seirama dengan goyanganku.

Kemaluanku kudorong perlahan …seakan ingin menikmati kenyamanan ini dengan waktu yang lama……..

Cllkk….clllkkkk.cclkkkk bunyi badanku beradu dengan badan tanteku…….seirama keluar masuknya kemaluanku kedalam liang senggamanya yangbetul betul enak……

Kira-kira 10 menit aku merasakan liang kewanitaan tanteku semakin basah dan kakinya menyilang di atas pinggulku dan menekan kuat-kuat mungkin tanteku sedang orgasme… 

Kudiamkan sejenak …..kubiarkan tanteku menikmati orgasmenya………kubenamkan lebih dalam kemaluanku ,sambil memeluk erat tubuhnya iapun membalasnya erat…..kurasakan tubuh tanteku bergetar…. kenikmatan yang dahsyat telah didapatkannya…….

Kubalik badan tanteku dan sekarang dia dalam posisi diatas……kemaluanku masih terbenam dalam kewanitaan tanteku……tapi dia hanya diam saja sambil merebahkan tubuhnya diatas tubuhku,….lalu kuangkat pinggul tanteku perlahan…..dan menurunkannya lagi….kuangkat lagi……dan kuturunkan lagi…….kemaluanku yang berdiri tegak menyodok deras keatas …kelubang nikmatnya…… ahirnya tanpa kubantu ….tanteku menggoyangkan sendiri pantatnya naik turun….. 

Oooooooccchhhhhhhh…….

Aku yang blingsatan kenikmatan… rupanya tanteku mahir dengan goyangannya diposisi atas…. 

Kenikmatan maximum kudapatkan dalam posisi ini….

Rupanya tanteku mengetahui keadaan ini …ia tambah menggoyang goyangkan pantatnya meliuk liuk persis pantat Anisa bahar penyanyi dangdut dengan goyang patah patahnya…….

Oooooochhhhhh,…………sshhh……kali ini aku yang mirip orang kepedasan aku mengangkat kepalaku…kuhisap puting susu tanteku….. ia mengerang……..goyangannya tambah dipercepat…. 

Dan 5 menit berjalan …….tanteku bergetar lagi……ia telah mendapatkan orgasmenya yang kedua…… pundakku dicengkeramnya erat…… ssshhhhhhh………bibir bawahnya digigit…sambil kepalanya menengadah keatas…..

“….******* kamu…….tante kok bisa jadi gini…..ssssshhhh ….tante udah 2 kali kluarrrrrrrr…”….. aku hanya tersenyum…..

“tulangku rasa lepas semua to….” aku kembali tersenyum…

“tante gak pernah klimaks lebih dari 1 x kalo dengan ommu..” 

Kubalik kembali badan tanteku dengan posisi konvensional.. kugenjot dengan deras kewanitaannya….. 

Oooohhh oohhh….ssshhhhh tanteku kembali menggeliat pinggulnya mulai bergoyang pula mengimbangi genjotanku…………..

Aku pun sudah kepengen nyampe……. dan tidak lama kemudian akupun mengeluarkan spermaku di dalam liang senggamanya.

Ssshhhhhh……aaachhhhhhh……………….. spermaku tumpah dengan derasnya kedalam liang senggama tanteku……..

Mata tanteku sayu menatapku klimaks……… 

Permainan panjang yang sangat melelahkan……

Yang diawali dengan pemaksaan dan perkosaaan yang ahirnya berkesudahan dengan kenikmatan puncak yang sama sama diraih……. 

Kulihat terpancar kepuasaan yang amat sangat diwajah tanteku…………………..

“kamu harus menjaga rahasia ini lo…..” 

Aku hanya mengangguk…. 

Dan sekarang tanteku tak perduli lagi kalau om ku mau pulang atau tidak…….

Karena kalau om ku keluar malam maka tanteku akan menghubungiku via HP untuk segera kerumahnya…… 

Ada kalanya, semua tak berahir di ranjang…

Kepuasan bisa diwujudkan bermacam-macam…

Bagaiman Dengan Cerita Sex Tante Siska Yang Cantik ? Seru bukan ? Dan jangan lupa untuk di simak Cerita Dewasa lainnya Seperti di bawah ini :

Cerita Dewasa Belanja Cari Istri

Cerita Dewasa Belanja Cari Istri

Cerita Dewasa Belanja Cari Istri

Cerita Dewasa kali ini menceritakan tentang kisah Cerita Dewasa Belanja Cari Istri , cerita ini merupakan kisah nyata yang di alamin oleh salah satu penulis cerita yang di tuangkan menjadi sebuah cerita sex yang membuat nafsu gitu mengebu ngebu. Silahkan di simak langsung Cerita 17+ kali ini :

Cerita Dewasa Belanja Cari Istri - Seorang temanku yang punya jabatan cukup tinggi, mengeluh bahwa nafsu sexnya tidak terlampiaskan oleh seorang istrinya. Padahal menurut dia istrinya cukup mampu mengimbangi permintaannya. 

Namun jika sedang halangan, dia tidak bisa mendapat layanan tempat tidur.Dia mengaku tidak berani main dengan perempuan bayaran. 

Aku bisa mengerti, karena dia adalah termasuk petinggi partai yang berbasis agama. Dulu sebelum dia menjadi apa-apa, kami sering jalan ke panti pijat, bahkan dia juga punya langganan di panti pijat yang mempunyai service body massage, atau dipijat oleh tubuh cewek.

Sikapnya berubah total sejak dia terdeteksi mengidap kanker. Meskipun baru stadium awal, dia takut setengah mati. Berobatlah di ke Singapura selama 6 bulan bolak balik, yang akhirnya sembuh dan dinyatakan bersih dari penyakit kanker. Penyakit itu dianggapnya sebagai teguran agar dia meninggalkan perbuatan-perbuatan maksiat.

Setelah setahun stop sama sekali berhubungan dengan perempuan selain istrinya, muncullah keluhannya soal nafsu sexnya yang terasa terlalu tinggi. 

Meskipun usianya sudah mendekati 50 tahun. Dia berfikir untuk punya istri satu lagi. Istri kedua yang dikawini sah secara agama, tetapi tidak dicatatkan ke catatan sipil. Istri itu pun tentunya akan disembunyikan dari istri pertamanya.

Dia resah mencari sosok yang pantas dijadikan istri. Yang dijumpai selalu perempuan yang hanya ingin harta saja. Aku dimintai bantuan untuk mencarikan perempuan yang ideal dijadikan istri kedua. Aku sanggupi saja dengan menjanjikan akan membantunya. Padahal pada saat itu, tidak terbayang seorang pun perempuan yang layak disodorkan untuk temanku.

Mungkin sudah jalannya, sehingga aku kemudian menemukan akses yang aku sebut akses menakjubkan. Ini juga bukan direncanakan. Perjumpaan secara kebetulan dengan kawan lama, itulah yang kemudian memberi akses. 

Aku kebetulan saja berpapasan dengan dia ketika sedang jalan di Plaza Senayan. Kami lalu berbual-bual mengenai banyak hal sampai berhenti pada satu topik yang menarik. Dia menawariku untuk kawin kontrak. Dia mengaku punya 1 istri yang dikontrak. Kawinnya secara agama adalah sah, karena disebut kawin siri, tapi tidak tercatat di catatan sipil.

Seketika itu juga rasanya aku ingin menelepon temanku yang kebelet punya istri lagi. Tapi aku tahan, karena aku harus membuktikan kebenaran informasi dari teman lamaku ini. Banyak kabar lebih indah dari rupa.

Temanku yang sebutlah namanya Budi, mengatakan ada satu daerah di dekat Sukabumi, yang sudah lazim menerima kawin kontrak. Di daerah itu banyak sekali wanita-wanita cantik. Dia lalu menyebut salah satu nama artis penyanyi yang berasal dari Sukabumi.

“ Kalau yang model kayak gitu banyak,” katanya.

Aku mengorek semua informasi mengenai kawin kontrak itu. Sebelumnya aku sudah mengetahui soal kawin kontrak oleh turis-turis Arab di Puncak. Tapi aku survey, ceweknya kurang memenuhi syarat, alias banyak yang kurang cantik.

Menurut Budi, sangat mudah kawin kontrak di Sukabumi, Tinggal kunjungi daerah itu, lalu pilih perempuan mana yang cocok bayar biaya perkawinannya termasuk maharnya Rp 20 juta. Setelah itu setiap bulan memberi uang belanja 5 juta. 

Perempuannya boleh di bawa ke Jakarta, atau tetap tinggal di kampungnya. Masa kontrak biasanya 1 tahun. Jika perempuannya sudah pernah kawin atau janda biaya maharnya hanya 10 juta. Meskipun janda, tetapi mereka umumnya masih muda, kata Budi.

Untuk membuktikan kebenaran bualan Budi itu aku lalu membuat janji bersama-sama ke Sukabumi. Pada hari yang dijanjikan Aku dan Budi pagi-pagi sekali hari Sabtu sudah memacu kendaraan ke arah Sukabumi.

Budi menjadi penunjuk jalan. Dari jalan raya, mobil kami masuk ke kampung yang letaknya sekitar 3 km ke dalam. Tidak ada yang istimewa tampaknya, biasa seperti kampung-kampung yang lain. Budi berhenti di salah satu rumah, yang rupanya itu adalah rumah salah satu istri mudanya. Dia disambut hangat, bahkan istrinya mencium tangannya. Aku sempat shock juga melihat istri muda Budi, cantiknya diluar dugaanku, masih muda, putih pula.

Tidak lama kami ngopi datang seorang pria paruh baya. Dia memperkenalkan dirinya, Asep, umurnya sekitar 50 tahun. Haris kemarin ternyata sudah mengontak Kang Asep untuk mencarikan perempuan yang layak dijadikan istri.

Tanpa rikuh Asep menunjukkan foto-foto yang tersimpan di HP nya kepada Budi. Si Asep menjelaskan profil satu persatu foto-foto itu. Aku ikut nimbrung nonton foto-foto di HP nya Asep. Ada yang janda, ada yang masih perawan. Kelihatannya Asep sangat menguasai informasi koleksinya.

Aku yang semula tidak berfikir soal kawin kontrak tergoda juga setelah melihat foto-foto itu. Aku lalu berfikir, sekali seminggu ke Sukabumi rasanya tidak terlalu berat. Apalagi biaya rumah tangganya hanya Rp 5 juta per bulan. Aku kepincut dengan salah satu foto yang disebut Asep statusnya janda dari kawin siri. Jika dilihat dari fotonya cewek pilihanku itu cantik banget, kayak bintang film.

Aku ingin melihat fisiknya sebelum nanti memutuskan melakukan kawin kontrak. Asep lalu mengontak cewek yang namanya Ning. Tidak sampai 1 jam muncul sebuah motor bebek dengan pengendaranya seorang cewek. Dia datang sendiri dan masuk tidak lupa mengucapkan salam. Tangan kami masing-masing diciumnya, seperti kami ini Kyai.

Bodynya lumayan montok, wajahnya cantik, umurnya baru 20 tahun, statusnya janda sudah setengah tahun. Pilihanku sudah mantap dan aku putuskan akan mengawininya. Persoalannya adalah aku tidak membawa uang cash 10 juta. Kampung ini jauh pula dari ATM. Si Ning rupanya menangkap kesulitanku, dia menawarkan E-banking aja, karena dia juga punya rekening yang sudah di set E-banking.

Tidak kusangka dan tidak kuduga, bahwa di pelosok kampung ini penduduknya sudah mengenal E-banking. Aku mentransfer dengan melebihkan 2 juta, jadi aku mentransfer 17 juta. Tidak lama kemudian HP si Ning berbunyi dan dia mengatakan transferanku sudah masuk.

Tidak pakai basa-basi si Ning, lalu dia mengajakku di bonceng pulang ke rumahnya. Rumahnya tidak terlalu mentereng, tetapi lumayan rapi dan bersih. Halaman di depannya tidak terlalu luas. Aku diperkenalkan dengan ayah dan ibunya. Dia anak tertua, adiknya ada 2 orang.

Sesungguhnya aku agak canggung, karena baru kenal. Aku pikir apakah mungkin aku ngamar setelah proses akad nikah nanti. Ah pasrah saja, aku berbasa-basi dengan kedua orang tuanya.. Ning berganti pakaian dengan pakaian berjilbab. Setelah itu ayahnya menanyakan kepadaku apakah aku siap, aku katakan siap. Tidak lama muncul seorang bapak, yang dikenalkan sebagai uwak si Ning. Dia akan menjadi saksi. Tanpa proses macam-macam, ritual nikah pun dimulai. Aku dipinjami peci. Ayahnya menjabat tanganku, lalu mengatakan

“ Aku nikahkan anakku …………” aku langsung menjawab saya terima nikahnya dengan maskawin 10 juta rupiah.

“ Sah” kata si uwak.

Selesai sudah, aku resmi menjadi suami si Ning. Aku kontak si Budi, menceritakan bahwa aku sudah punya istri baru, dia tertawa, lalu berjanjikan pulang sehabis maghrib saja, sebab jalanan agak kosong. Tidak ada pesta tidak makan yang istimewa. Aku di ajak makan dengan lauk, ikan mas goreng, sambal, lalapan dan sayur asem serta tahu tempe goreng. Aku memang lapar jadi rasanya nikmat sekali.

Aku menjelaskan bahwa untuk sementara si Ning tinggal saja di sini. Apakah nanti akan aku boyong ke Jakarta atau bagaimana, keputusannya menyusul. Ayahnya tidak keberatan. Perut kenyang , kopi secangkir lagi sudah habis, dan mata mulai mengantuk. Gejala itu ditangkap oleh ayah si Ning.

“ Mari silakan istrirahat dulu. Aku bingung mau istriahat dimana, Ning menarikku ke arah salah satu kamar, yang ternyata adalah kamarnya.

Sebuah kamar yang tidak terlalu besar, tetapi ada spring bed ukuran mungkin 160 cm, ada TV LCD meski ukurannya kecil, ada perangkat meja solek dan sebuah kursi. Kami berdua duduk di bed. Si Ning menawarkan apakah aku mau buang air kecil dulu, karena kamar mandinya di belakang rumah. Aku setuju, karena rasanya agak sesak kencing juga.

Sekembali ke kamar, si Ning sudah berganti dengan daster. Kamarnya tidak ada AC, tetapi karena udara di kampung ini sejuk jadi tidak terasa gerah. Ning membuka pakaian ku satu persatu dan menggantungnya di balik pintu. Tinggal celana dalam, itu pun dilepasnya.

K0ntolku belum ngaceng sempurna, karena masih grogi dengan perubahan hidupku yang demikian drastis. Si Ning juga menelanjangi dirinya dan menghidupkan TV dengan suara agak keras. Dia menarikku untuk berbaring.

Rasanya sulit untuk menyia-nyiakan hidangan yang siap saji di depan mata. Aku memeluk tubuh Ning. Teteknya masih sangat kenyal dan belum terlihat sedikitpun turun. Pentilnya kecil, belum berkembang, menandakan dia belum pernah hamil. Jembutnya jarang, bahkan nyaris gundul. Tangan Ning menggenggam k0ntolku dan dikocok-kocoknya pelan.

Aku bangkit dan menciumi lehernya, lalu turun menjilati dan mengigit pelan kedua pentil teteknya bergantian. Sementara itu tanganku merabai bukit pukinya yang lumayan mentul. Jari tengah mengorek belahan mekinya. Aku menguit-nguit itilnya sampai kemudian celah mekinya mulai berlendir.

Setelah puas menciumi tetek, aku beralih, ke arah mekinya, Aku menciumi mekinya. Si Ning menahanku dan berusaha menarik tubuhku ke atas, Malu, katanya .

Aku tetap bertahan dan lidahku langsung menjilati belahan mekinya dan Ning menggelinjang. Dia tetap berusaha menarikku keatas. Tetapi tenaganya mulai melemah setelah lidahku menemukan itilnya. 

Pinggulnya bergerak-gerak gak karuan, katanya geli, tapi dia mendesis juga. Aku tetap bertahan menjilati itilnya yang terasa sudah mulai menonjol. Jika tadi tangannya berusaha menarik kepalaku menjauh dari mekinya sekarang malah menjambaki dan menekan kepalaku agar lebih lekat dengan mekinya. 

Ning mengerang dan entah apa yang diucapkan dalam bahasa Sunda. Mungkin sekitar 10 menit dia lalu mencapai orgasmenya dengan oral di mekinya. Si Ning berteriak lirih sambil terus mengerang juga sampai orgasmenya selesai.

Dioral merupakan pengalaman pertama baginya. Suaminya yang dulu sudah tua, tidak pernah mengoralnya. K0ntolku yang telah tegak sempurna kuarahkan memasuki gerbang kenikmatan. Perlahan-lahan k0ntolku menerobos celah meki yang sudah setengah tahun tidak pernah diterobos, jadi rasanya sempit juga.

Ning mengeluh mekinya agak sakit, aku dimintanya pelan-pelan. Aku turuti sampai k0ntolku ambles semuanya. Setelah mentok maka aku memompa perlahan-lahan. Si Ning mendesis-desis. Dia hanya menggelengkan kepala ketika kutanya apakah masih sakit. situs judi online

Aku tidak mampu bertahan lama sekitar 10 menit sudah tepancut spermaku masuk di dalam mekinya. Nikmat sekali rasanya menjadi pengantin baru. Ning dengan sabar membersihkan bekas sperma di batang k0ntolku dan dia pun membersihkan lelehan sperma di mekinya dengan tissu.

Aku berbaring kelelahan. Ning mendampingiku. Aku tertidur, karena sejak sehabis makan siang tadi aku sudah agak ngantuk. Mungkin sekitar satu jam tertidur, aku dibangunkan oleh kocokan tangan si Ning di k0ntolku. Dia lalu mengoral k0ntolku sampai jadi tegang kembali. Ning berinisiatif menaiki tubuhku dan memasukkan k0ntolku ke dalam vaginanya. Sambil jongkok digenjotnya k0ntolku. 

Capek jongkok dia bersimpuh dan bergerak maju mundur. Nikmat sekali dan kami main cukup lama. Ning sempat mendapat orgasme sekali baru aku menyusul.

Aku benar-benar lelah. Setelah istirahat sebentar, Ning mengajakku ke kamar mandi. Aku dikasinya sarung dan atasannya aku mengenakan kaus oblong yang kupakai tadi. Sementara itu Ning hanya berkemben handuk yang menutupi sebagian tetek montoknya dan sedikit di bawah mekinya. Aku agak canggung juga keluar dengan Ning yang hanya mengenakan handuk, tetapi karena ini rumah dia, maka mungkin kebiasaan disini memang begitu. 

Aku digandengnya ke kamar mandi di belakang lalu berdua kami mandi. Airnya dingin sekali. Sesungguhnya aku hampir-hampir tidak kuat, tetapi gengsi juga karena si Ning malah mandi junub dan keramas rambutnya. Aku pun mengikuti mandi junub dengan air yang dinginnya luar biasa. Tapi lama-lama airnya terasa hangat.

Setelah selesai Ning kembali mengenakan kemben handuk dan aku juga kembali bersarung masuk kekamarnya. Aku berpakaian kembali dan Ning mengenakan celana jeans dan kaus tank top merah. Secangkir kopi dan singkong dan pisang goreng sudah tersedia di meja.

Jujur saja aku kikuk ngobrol dengan mertuaku yang laki dan yang perempuan. Tapi mereka terlihat wajar-wajar saja sehingga aku pun jadi akrab. Si Ning duduk di sampingku sambil terus-terusan ngelendot. Ini sebenarnya membuatku risih karena rasanya kurang sopan bergelendot di depan orang tuanya. Tapi mungkin di sini sudah jamak yang aku ikuti saja adat mereka. Hari mulai gelap dan tidak lama kemudian Budi sudah meneleponku.

Aku kembali diantar Ning dengan sepeda motor ke rumah istri Budi. Di sana ada pak Asep. Kami ngobrol lagi. Tidak lama kemudian Ning pamit pulang. Aku membujuk Pak Asep untuk mentransfer koleksi foto-foto cewek-cewek yang siap dinikahi. Dia dengan senang hati mentransfer melalui fasilitas bluetooth, bahkan dia berjanji mengirim foto-foto lainnya jika ada yang baru.
Dalam perjalanan pulang aku berdua Budi hanya senyum senyum saja. Dia berencana menambah istri kalau proyeknya kelak goal.

Temanku yang sedang galau ingin punya istri muda, kukontak. Aku mengatakan, ada informasi A-1. Dia tertawa terbahak-bahak, kayak intelijen saja pakai istilah A-1. Kami lalu janjian ketemu di satu cafe setelah jam kerja. Sampai pertemuan itu, aku tidak menyebut bocoran soal yang aku sebut A-1.

Dia masih under-estimate mengenai A-1 yang kumaksud. Setelah kami tenang duduk berdua dan kopi sudah terhidang, baru aku sebutkan bahwa aku tahu suatu tempat untuk mencari istri muda. Aku sebutkan bahwa para calon istri muda itu rata-rata cantik-cantik dan bersedia diajak kawin sebagai istri muda, bahkan mau dikawin kontrak.

“Ah serius nih, aman gak,” katanya.

Temanku sangat bergairah dan ingin cepat-cepat menuju tempat yang kumaksud. Dia membatalkan semua acara yang seharusnya ada tugas keluar kota pada hari Sabtu, tetapi dia memilih pergi denganku. Saking semangatnya dia sudah pula menyiapkan uang tunai sekitar 30 juta di tasnya. Di rumah dia pamit tugas keluar kota.

Dari foto-foto yang ada di HP ku dia memang naksir sekitar 2-3 orang. Namun yang membuat aku risih, adalah pertanyaannya. Dia mencari istri yang jembutnya lebat. Sejak kami sering plesir bersama, idaman dia adalah wanita yang berjembut lebat dan tidak memiliki tato, sedangkan aku sebaliknya, cari kalau bisa yang masih gundul. Karena selera kami berlawanan maka kami tidak pernah menaksir cewe yang sama.

Kami menggunakan kendaraanku, langsung menuju kediaman istri mudaku, Ning. Di sana sudah ada Pak Asep sang mediator. Aku disambut cium tangan oleh istriku dan salam dari segenap keluarga besarnya.

“ Gila istri lu cakep banget, gua naksir juga,” katanya berbisik.

Pak Asep menginformasikan bahwa pilihan temanku itu sudah keduluan diambil orang, tapi masih ada yang baru, tapi masih gadis usianya baru 17 tahun. Temanku agak tertarik, tetapi dia kurang minat karena ceweknya terlalu muda dan masih perawan pula. Dia cari yang usianya sudah sekitar 25 tahun.

Dalam koleksi gambar koleksi gambar Pak Asep, tidak ada stok yang berusia segitu, yang banyak adalah yang lebih muda dari itu. Pak Asep lalu berpikir sebentar, lalu dia mengontak seseorang, kayaknya sesama Kibus (kaki busuk, atau perantara). 

Info yang didapat Pak Asep ada 2 orang, tapi umurnya gak sampai 25, yang pertama namanya Desi usianya 23 baru sekali kawin, dan bukan kawin kontrak, belum punya anak. Yang satu lagi Sufti umurnya 24, juga janda belum punya anak. Keduanya kata temen Pak Asep, cantik-cantik. Temanku belum yakin sebelum melihat fotonya.

Sedang kami sibuk mencari calon istri untuk temanku, Si Ning nyeletuk bahwa dia ada tetehnya, kakak sepupu tapi belum pernah kawin. Si Ning belum yakin jika tetehnya mau dikawin, karena dia baru lulus perguruan tinggi di Sukabumi. Kebetulan rumahnya tidak jauh. Dia lalu menyuruh adiknya untuk memanggil si teteh itu. Tidak sampai setengah jam muncul suara salam dari luar suara yang halus. 

Kami semua menoleh ke pintu. Si Ning berdiri dan berteriak eh teteh, masuk teteh. Aku berdua temanku sempat nganga. Teteh si Ning tubuhnya tinggi, bodynya proporsional, mukanya itu lho cantik sekali dan pakai jilbab. Kami berdua diperkenalkan, tapi salaman nya tidak menyentuh, jarak jauh aja.

Dia memperkenalkan namanya Nabila. Kami tidak sempat ngobrol, karena dia langsung masuk ke dalam. Temanku langsung jatuh hati pada pandangan pertama. Aku menggoda temanku,

“Perlu ditanya gak jembutnya tebal.”

Temanku menyikut pelan.

“Gua tutup mata aja langsung oke kalau memang dia mau.”

Ning ikut masuk dan agak lama mereka ngobrol di dalam. Ning keluar dan langsung duduk disebelahku. Menurut Ning, tetehnya mau jadi istri muda temanku, tapi dia tidak mau tinggal dikampung di rumah orang tuanya kalau sudah menikah, boleh di Sukabumi, boleh juga di Jakarta. Syarat berikutnya adalah dia ingin mengirim biaya ke orang tuanya setiap bulan 5 juta, untuk membantu biaya sekolah 3 adiknya dan bagi keperluan rumah tangga orang tuanya. Itu saja syaratnya.

Temanku langsung buru-buru setuju. Namun aku mencegah dia terburu-buru. Aku minta temanku dan calon istrinya itu untuk berbicara 4 mata dulu di dalam. paling tidak untuk saling mengenal lebih jauh, Ning setuju usulanku, Aku dan Ning mengantar temanku masuk ke dalam. Mereka berdua duduk di kursi meja makan, dan kami semua kembali kedepan.

Sekitar satu jam mereka berkomunikasi, kami tidak bisa mendengar, karena ruangan ke belakang dihalangi oleh korden. Nampaknya telah terjadi kesepakatan, Temanku keluar bergandengan tangan dengan calon istrinya. Nabila malah tampak manja mengelendot temanku.

Aku heran, melihat sedemikian cepat negosiasi mereka sampai mencapai kesepakatan. Kursi disediakan untuk mereka duduk berdua berdampingan. Sempat ngobrol sebentar sambil menyeruput sisa kopi. Nabila lalu memberi tahu bahwa mereka akan melakukan akad di rumahnya, kami diminta bersama-sama kerumah dia.

Dengan berjalan kaki seperti rombongan lenong, kami menuju rumah Nabila. Rumahnya sangat sederhana, tidak seimbang dengan kecantikan Nabila. Ayahnya sudah tua dan ibunya juga. Memang menurutku tidak pantas temanku menginap dirumah ini, karena pasti Nabila tidak punya kamar pribadi.

Meja kursi langsung di siapkan. Pertama temanku minta izin ke orang tuanya untuk memperistri Nabila. Orang tuanya tidak banyak bicara hanya berkata setuju saja. Setelah itu dimulailah ritual akad nikah. Yang menikahkan adalah ayah Nabila sendiri dan saksinya adalah mertuaku lakiku dan aku.

“Aku terima nikahnya dengan mas kawin 25 juta rupiah,” kata temanku menjawab perkataan ayah mertuanya.

Aku langsung menyambut Barakallah, sah.

Resmilah keduanya menjadi suami istri. Setelah minum kopi lagi dan makan pisang goreng, sementara si Nabila berkemas, aku dan Ning serta rombongan kembali kerumah awal. Si Nabila langsung diboyong ke Jakarta. Aku pun oleh temanku menyarankan memboyong istri mudaku ke Jakarta sekalian.

Gila prosesnya terlalu cepat, karena semua proses tadi hanya berlangsung sekitar 3 jam. Kami berempat sudah kembali berada di mobil menuju Jakarta. Temanku menunjuk satu hotel yang katanya sudah dia book melalui telepon. Aku sempat menanya ulang tujuan hotel yang dipesan temanku itu, karena hotel itu hotel bintang 5. Dia malah membayariku kamar untuk 2 malam.

Sebulan kemudian aku baru bertemu lagi temanku si pejabat itu. Dia menyewa apartemen yang dekat dengan kantornya. Dia bercerita tentang Nabila, menurut temanku dia tidak salah pilih, karena Nabila, budi pekertinya baik, orangnya cantik dan berpendidikan. 

Kelihatan sekali temanku ini sangat kesengsem sama bini barunya. Aku ingatkan dia agar jangan mengumbar hartanya, untuk menyenangkan bini mudanya. Jalani saja hidup bersama dia dengan cara yang tidak berlebihan, karena dengan demikian urusan jadi tidak terlalu merepotkan.

Setelah setahun aku pun menarik si Ning tinggal di Jakarta, karena aku bosan mondar-mandir Jakarta-Sukabumi. Dia kutempatkan di apartemen studio dengan ukuran yang agak luas di pusat kota.
Baru 3 bulan tinggal di Apartemen, Ning sudah mengeluh tidak kerasan. Dia kesepian jika aku tinggal sendirian. Aku memang jarang nginap di apartemen. Memang konsekuensi ini sudah aku kemukakan sebelumnya.

Ning minta ditemani. Dia mengusulkan aku menambah seorang istri lagi dan dia akan tinggal bersama di apartemen. Aku sempat terhenyak sebentar. Usul itu sangat menarik. Setelah aku kalkulasi aku masih sanggup membiayainya. Aku minta jaminan ke Ning apakah dia tidak akan cemburu, jika aku mempunyai seorang istri lagi. Dia berjanji tidak akan cemburu, malah akan berusaha akur.

Anehnya Ning malah menyodorkan salah seorang saudaranya. Kata dia sudah kontak-kontakan dengan orang tua anak itu dan sudah pula berbicara dengan anaknya. Namanya Retno, umurnya sekitar 24 tahun, lulus S-1. Menurut Ning anaknya sudah mau dan orang tuanya juga setuju. Aku melihat beberapa fotonya di HP si Ning, anaknya lumayan cantik dan imut, kulitnya putih.
Menurut Ning anaknya baik, sopan dan tidak rewel. Mungkin karena aku sungkan, ya aku setuju saja. 

Rencana aku menambah istri kukabarkan ke temanku. Dia lalu buru-buru mengundang ke apartemennya. Jam 7 malam aku datang bersama Ning.

Ah aku lupa memperkenalkan kepada pembaca nama temanku ini. Aku biasa memanggilnya Bud, karena namanya Budi. Aku jadi ada hubungan famili dengan Budi karena istri muda kami bersaudara.
Apartemennya lebih besar dibanding punyaku. Dia kan pejabat berpengaruh, mungkin duit korupsinya banyak. Aku sebenarnya ingin juga punya apartemen yang besar, tetapi tentunya harus dua kamar dan masing-masing kamar ada kamar mandinya. Mana ada apartemen seperti itu.

Dari pada pusing aku beli dua apartemen tipe studio dengan ukuran masing-masing 36 m2. Letaknya bersebelahan. Sayangnya agak sulit membuat connecting door.

Budi dan Nabila menyambut kami, secangkir kopi dan kue-kue sudah dihidangkan. Setelah basa-basi sejenak. Budi menanyakan kembali soal aku akan menambah istri. Aku menjelaskan bahwa keinginan untuk kawin lagi, lebih karena dorongan si Ning.

“ Iya pak saya tinggal sendirian di Apartement gak betah, sepi. Mana saya kan penakut, jadi setiap malam saya rasanya selalu ketakutan,” kata Ning.

“Ya si Ning bener Pak, kalau udah di tinggal sendirian rasanya sepi banget, kayaknya bapak perlu istri satu lagi Pak, tapi harus yang cocok ama saya Pak,” kata Nabila menimpali.

Budi diam saja, aku tidak tahu apakah dia sudah cukup terlampiaskan punya istri dua. Tidak lama kemudian Budi berpendapat,

“ Saya sih ikut saja kalau Nabila maunya punya temen, siapa yang di calonkan saya mah setuju aja lah, yang penting Nabila betah.” kata Budi.

Nabila berlalu ke dapur diikuti Ning. Tinggallah kami berdua. Aku bertanya soal istri barunya apakah baik dan sebagainya.

“Wah top banget, kayaknya mau gua resmi in aja, gua lagi cari cara untuk ngomong ke istri tua,” 
katanya.

“Pikir yang matang, karena you itu pejabat penting, jangan sampai karir terganggu. Soal izin ke istri tua jangan buru-burulah, nanti bisa perang dunia,” kataku.

Seminggu kemudian Budi ingin ngobrol sama aku. Dia janjian di coffee shop salah satu hotel. “wah gawat nih,” katanya tiba-tiba. Aku menduga istri tuanya memergokinya.

“Bukan itu, bos,” katanya

“Yang disodorkan Nabila itu adalah saudaranya sekaligus 2 orang. Mereka memang saudara jauh, gimana nih,” ujar Budi.

Aku penasaran ingin melihat foto kedua calon istri yang disodorkan Nabila. Kelihatannya masih belia dan memang cantik-cantik. “Terus masalahnya apa,” tanyaku.

“Ya aneh aja masak sekali nikah dua orang , jadi istri gua semua empat dong,” katanya.

“Apa soal biaya memberatkan,” tanyaku.

“Kalau itu sih gak masalah, tetapi aku khawatir tidak punya cukup waktu untuk berbagi. Ini aja si Nabila hanya gua tengoki cuma seminggu sekali, lu kan tau bos, gua banyak tugas ke luar kota, keluar negeri.

“Ah jangan hanya dilihat soal sexlah, kita kan sudah cukup umur, yang penting bisa bantu orang dan memperluas kekeluargaan,” kata ku.

“Kalau soal sex sih wanita normal cukup sebulan sekali. Biasanya nafsunya tinggi saat masa subur, itu saja. Kalau bisa dua minggu sekali sudah bagus,” kataku

“Justru kalau soal sex gak masalah bagi gua, setiap orang seminggu sekali pun gua masih kuat, tapi kalau mereka menuntut perhatian atau waktu kebersamaan yang lebih banyak itu, yang gua berat bos,” katanya.

“Kalau soal itu hanya tinggal bagaimana memberi pengertian saja, mereka toh sudah menyadari bahwa istri muda tidak bisa menuntut terlalu banyak. Fokus mereka adalah mengangkat kehidupan keluarganya, agar ada yang membiayai untuk hidup layak, itu saja,” kataku.

“Oh gitu ya, mantaplah kalau gitu,” katanya

Pembicaraan terputus, ketika istri-istri kami datang membawa tambahan hidangan. Aku menanyakan kapan akan ke Sukabumi untuk menambah keluarga.

Kami sepakati sebulan ke depan, karena dalam waktu dekat ini Budi masih banyak acara penting. Aku pun menyesuaikan diri dan berencana akan menambah satu istri lagi bersamaan dengan Budi.
Pada Hari yang ditentukan, kami berangkat dari Jakarta sehabis subuh. Aku dan Budi masing-masing membawa mobil sendiri-sendiri. Di tempat tujuan kami berpisah. Segala segala sesuatu sudah dipersiapkan. Akad nikah pertama adalah istri Budi saudara dekat Nabila bernama Laela. Aku dan Ning menghadiri upacara ritual pernikahan. Laela memang cantik, mengenakan jilbab, tingginya sekitar 155 cm, lebih pendek dari Nabila.

Setelah itu Budi dan istri-istrinya menuju rumah orang tua calon istri baruku. Dia bernama Retno, usianya 23 tahun fresh graduate S-1 Ekonomi. Aku suka dengan mukanya yang ayu, bibir tipis, bodynya yang luar biasa. Teteknya kelihatan besar, bokongnya lebar dan yang menjadi kesenanganku adalah pahanya yang gempal. Tingginya sekitar 160. Kulitnya putih bersih seperti rata-rata orang Sukabumi. Dari sorot matanya aku yakin istri baruku ini cerdas. Retno, statusnya masih perawan, dan memang sesungguhnya dia masih dara.

Setelah ritual perkawinan tuntas, kami segera memboyong dengan rombongan makin besar ke tempat perkawinan kedua Budi. Rumahnya agak jauh masuk lagi lebih jauh sekitar 2 km. Tuan rumah calon istri Budi bingung melihat begitu besar rombongan yang datang. Namun Nabila dan Ning sudah mempersiapkan kue-kue untuk hidangan dari Jakarta. Bukan itu saja berbagai macam lauk juga sudah disiapkan. Tuan rumah hanya perlu memasak nasi lebih banyak saja.

Calon istri Budi yang akan dinikahi ini kelihatannya sudah cukup matang. Usianya 24 tahun, pendidikan S-1 juga, tetapi aku tidak tahu jurusannya. Badannya langsing, tapi teteknya gede juga. Mukanya cantiklah, kalau tidak mana mau si Budi. Statusnya masih perawan.

Selesai ritual pernikahan kami menikmati hidangan yang dibawa dari Jakarta. Hidangan nya jadi sangat kontras, karena rumah istri yang baru dinikahi itu sangat sederhana. Dia adalah Sari saudara jauh Nabila. Masyarakat di kampung-kampung ini menganggap anak perempuan adalah asset yang mahal. Dalam perjalanan kembali aku memperhatikan rumah-rumah yang mentereng atau kelihatannya bagus, adalah rumah mereka-mereka yang menjadi istri kontrakan.

Sesampai di Jakarta, aku tidak langsung belah duren, karena apartemen yang akan ditempati Retno belum disiapkan perabot dan peralatan lainnya. Retno tinggal bersama Ning. Aku memerlukan waktu seminggu sehingga unit apartemen Retno sudah benar-benar layak ditinggali. Kamar-kamar mereka aku disain seperti suite room hotel bintang 5.

Tibalah waktu untuk belah duren, Hari itu adalah hari Jumat. Setelah makan siang aku menuju ke apartemen Retno. Dia sudah menantiku. Aku dihadiahi ciuman ketika dia menyambutku di pintu. Badannya terasa bau harum. Pakaian yang dikenakan adalah daster tipis. Mungkin dia sengaja membeli di mall di bawah apartemen ini. Saking tipisnya aku bisa melihat putting susunya yang tidak dilindungi BH dan belahan pantatnya karena dia tidak mengenakan celana dalam.

Aku langsung terangsang dan k0ntolku mengeras perlahan-lahan. Retno sudah siap betul akan dipecahkan keperawanannya. Dia berpendidikan tinggi, sehingga pemahaman soal hubungan suami istri sudah dia sadari.

Aku duduk di sofa sambil melihat tayangan di televisi. Dari belakang bahuku dipijat. Nikmat sekali pijatannya, apalagi aku baru menembus kemacetan, hari Jumat. Sambil memijat dia membukai kancing bajuku sampai terlepas semua lalu melepas bajuku.

Aku senang dia agresif dan sadar akan perannya. Setelah baju digantung, lalu singletku dilepas melalui atas kepala. Aku sudah telanjang setengah badan. Retno duduk bersimpuh, sepatuku dan kaus kaki dilepas. Lalu maju dengan tetap bersimpuh di antara kedua kakiku dan melepas pengait sabuk lalu resleting celana. Perlahan-lahan celanaku ditariknya ke bawah sampai lepas dan digantungkan di dalam lemari. Celana dalam yang tersisa terlihat menggelembung karena penghuninya sudah berusaha berontak dari kungkungan.

Tanpa ragu celana dalamku juga dilepasnya sehingga k0ntolku langsung mencuat tegak perkasa. Aku tidak memberi kesempatan Retno meletakkan celana dalamku, Tangannya kubimbing untuk meremas k0ntolku. Terasa tangannya agak gemetar. Ini pertanda baik, karena dengan demikian dia belum pernah mengerjakan hal ini sebelumnya. Genggamannya juga masih canggung, karena hanya digenggam oleh ujung-ujung jarinya.

Aku mengajarinya menggengam penuh dan melakukan gerakan mengocok. Birahiku naik, baju tidurnya yang tipis aku lepas sehingga Retno bugil di depanku. Teteknya bulat menantang, dengan puting yang masih kecil. Ini karena dia belum pernah beranak. Jembut di bawahnya masih jarang, aku menengarai memang umumnya wanita sunda kurang banyak memiliki jembut.

Aku senang dengan perempuan yang pro aktif, berani mengambil inisiatif dalam soal sex. Retno kutarik duduk ke pangkuanku dengan posisi berhadapan. Kedua susunya yang kenyal aku remas-remas. Dia merintih seperti menangis. Apalagi ketika pentilnya aku jilati dan aku hisap, rintihannya makin keras dan nafasnya makin memburu.

Kuraba mekinya sudah basah berlendir, berarti organnya sudah siap menerima penetrasi k0ntolku. Aku tidak mau buru-buru, karena ingin menikmati secara bertahap. Retno kududukkan di sofa di sampingku. Lalu aku bangkit dan menciumi kembali teteknya dan menghisap pentilnya. Retno sudah terangsang hebat, sehingga dia tidak sadar jika mulutku sudah menciumi gundukan mekinya.

“ Ayah aku mau diapain, “katanya ketika sadar aku sudah berlutut dan mulutku menjilati belahan mekinya. Dia memanggilku ayah mengikuti si Ning.

Aku tidak sempat berbicara, karena lidahku sudah masuk ke dalam belahan mekinya. Kakinya kukangkangkan lebih lebar, sehingga terlihatlah jelas belahan mekinya yang masih rapat. Kedua tanganku membuka bibir mekinya sehingga, tampak jelas detail mekinya bagian dalam. Aku melihat clitorisnya sudah menonjol berwarna merah muda di lipatan atas mekinya.

Serangan lidahku langsung kutujukan ke titik itu. Retno menggelinjang tidak karuan dan merintih dengan suara khas rintihan perempuan ketika sedang menikmati rangsangan. Pinggulnya bergerak-gerak mengikuti gelombang nikmat yang melanda seluruh tubuhnya. Tidak sampai 5 menit dia berteriak dan menyebutkan ,

” aduh-aduh aduuuuuuh,”

Mekinya berdenyut-denyut berkali-kali dan cairan makin banjir sampai menetes ke bawah. Retno tergolek lemas tidak berdaya. Kutanya apa yang terjadi sampai teriak aduh-aduh. Dia mengatakan baru kali ini merasakan kenikmatan kepuasan sex.

Aku katakan masih ada lagi kenikmatan yang lebih dari ini. Aku yakin dia tadi baru menikmati orgasme clitoris. Jika dia menikmati orgasme vaginal pasti dia akan menjerit,
Sebetulnya aku ingin menggendong dia ke tempat tidur, tetapi terlalu berat, sehingga aku membimbingnya saja dan membaringkan di tempat tidur. Aku langsung menindih badannya dan mengarahkan batang kayu yang sudah sejak tadi ingin dipacakkan. K0ntolku agak susah untuk menemukan gerbang vaginanya, karena berkali-kali meleset. Aku kemudian mengambil posisi duduk bersimpuh sehingga bisa melihat arah k0ntol dan gerbang vaginanya.

Setelah tepat di depan Vagina, kepala k0ntolku bisa masuk perlahan-lahan. Retno minta aku pelan-pelan karena mekinya perih. Aku bertindak hati-hati dan melakukan gerakan maju mundur pelan dan pendek, sampai mekinya terbiasa menerima kehadiran k0ntolku. Aku tidak ingin menimbulkan trauma menakutkan pada saat pecah dara ini.

Setelah gerakanku lancar maju mundur dan rasanya juga sudah agak dalam karena seluruh kepala k0ntolku sudah tercelup, masih terhalang oleh selaput daranya . Jika aku tekan, dia akan menarik pantatnya menjauh. Keluhan perih dan sakit berkali-kali dirintihkan. K0ntol kupertahankan mentok di selaput dara. Aku menciumi mulutnya dengan ganas. Sementara itu di bawa sana, k0ntolku berkali-kali aku tegangkan (senam kegel).

Kosentrasi Retno terpecah antara rasa sakit dan nikmatnya berciuman serta remasan di dadanya. Melalui gerakan mengencang dan mengendurkan k0ntolku sambil aku tekan ke dalam perlahan-lahan terasa, ada sedikit kemajuan.

Selaput daranya bisa aku terobos sepenuhnya ketika aku kencangkan k0ntolku dan menguak selaput daranya. Dia berteriak dalam kuluman mulutku. Setelah benteng itu aku dobrak, k0ntolku bisa maju perlahan-lahan tanpa hambatan berarti. Itu pun tidak langsung aku benamkan tetapi, melalui gerakan pelan maju mundur sedikit, maju lebih banyak begitu berkali-kali.

Jepitan mekinya sangat ketat, wajar saja kalau dia merasa sakit, karena dinding vaginanya seperti menyatu dan harus dikuak perlahan-lahan. K0ntolku akhirnya bisa tertancap seluruhnya. Untuk meyakinkan, aku meraba sisa batang yang tinggal. Memang tidak ada lagi sisa. Dalam posisi terbenam itu aku melakukan gerakan kegel berkali-kali. Setiap kali ku keraskan k0ntolku, Retno mengernyitkan alisnya menandakan ada rasa sakit. Setelah dia tidak merespon gerakan kegelku baru aku mulai memompa perlahan-lahan.

Menghadapi meki yang masih perawan ini aku sulit bertahan lama, meskipun malam sebelumnya aku baru menafkahi batin istri tua. Spermaku lepas ke dalam dasar mekinya. Retno menanyakan kenapa rasanya mekinya kesiram air hangat. Aku jelaskan bahwa aku menyemprotkan sperma ke dalam mulut rahimnya.

Aku rendam k0ntolku sampai akhirnya menyusut dan keluar sendiri dari meki. Air maniku meleleh dari celah mekinya kelihatan pula berwarna merah muda. Darah perawannya tercampur mani dan cairan vaginanya. Dibawah pantatnya sudah aku siapkan handuk kecil untuk mengalas lelehan air mani. Batang k0ntolku yang baru keluar dari sekapan meki juga terlihat ada darah sedikit.

Retno mengeluh mekinya masih terasa perih, serta rasanya masih ada bekas k0ntolku di dalamnya. Mungkin bekas jalan masuk k0ntolku di mekinya masih belum terkatup kembali sehingga dia merasa seolah batangku masih mengganjal.

Aku bimbing dia ke kamar mandi untuk membersihkan sisa-sisa cairan bersetubuh. Retno jalannya tidak normal, karena selangkangannya terasa perih. Ketika dicuci terkena air, mekinya masih terasa perih. Meski begitu dia mengakui bahwa saat penetrasi dan k0ntolku maju mundur tadi terasa juga nikmatnya.

“ Jadi bingunglah ada sakit ada enaknya juga,” kata Retno.

Kami berdua istrihat dengan tidur berpelukan dalam selimut, dia berkali-kali mengatakan sayang ayah. Aku hanya mengelus-elus rambutnya sampai akhirnya aku tertidur. Bangun tidur kami mandi 
air hangat berdua.

Aku dan Retno kembali mengenakan pakaian karena kami akan mengunjungi unit apartemen si Ning. Begitu pintu terbuka, Ning langsung melompat memelukku dengan posisi dia aku gendong. Diciuminya seluruh mukaku,

“Aku kangen ayah, katanya tanpa mempedulikan Retno yang berdiri di sampingku.

Mungkin berat bagi perasaan wanita melihat kenyataan ini, pasangan yang disayangi dipeluk- cium oleh perempuan lain. Tapi Retno kelihatannya sudah siap dengan kenyataan ini, sehingga dia dingin saja melihat sambutan Ning.

“Barusan belah duren ya,” kata Ning

“Ih teeh Ning malu ah,” kata si Retno.

Kami berkelakar bertiga. Aku berusaha memberi perhatian yang sama kepada kedua istri-istriku. Ning meski lebih muda, tetapi pengalaman sexnya sudah mumpuni. Tapi dasar si Ning gila batang dia tidak peduli dengan kehadiran Retno. 

Aku diciuminya dan k0ntolku remas-remas. Aku biarkan saja ketika tangannya membuka celanaku. Dia berusaha mengeluarkan k0ntolku dari sarangnya tanpa membuka semua celanaku. Sesaat kemudian dia sudah mengulum k0ntolku dengan gairah tinggi. K0ntolku belum terlalu keras, karena habis bertempur. Retno agak jengah melihat kelakuan Ning. Aku menangkap isyarat itu, maka kutarik ke dalam pelukanku. Aku cium bibirnya. Pada awalnya dia tidak merespon, alias diam saja. Namun mungkin birahinya bangkit, apalagi tanganku meremas-remas teteknya dari luar bajunya.

Aku berusaha memasukkan tangan ke dalam bajunya dan membuka pengait BH, agar tanganku bisa langsung menyentuh payudaranya. Pentil adalah salah satu kelemahan Retno, sehingga dia jadi lupa diri setelah pentilnya aku pelintir-pelintir. Dia mulai mengerang lemah. Agak susah mulutku mencapai teteknya untuk menhisap pentilnya. Retno paham keinginanku dia menyelak bajunya dan memberi susunya untuk aku kenyot. /sementara itu k0ntolku di bawah sana makin keras akibat dikerjai si Ning.

Tanganku meraba selangkang Retno dan langsung masuk ke dalam celana dalamnya. Belahan mekinya sudah berlendir licin. Aku jadi lega, karena dia sudah terangsang. Aku mengguit-guit itilnya.
Sementara itu si Ning sudah berhasil melepas celanaku dan dia tanpa rasa malu, duduk diatas k0ntolku dan memasukkan ke mekinya. Entah kapan dia sudah melepas semua pakaiannya sehingga bugil. Sambil telanjang dia menggenjot k0ntolku yang sedang imum, meskipun tegang. Sedangkan si Retno duduk berselonjor menikmati permainan jariku di itilnya. Si Ning menjerit-jerit sambil main kuda-kudaan, sedangkan Retno merintih nikmat karena itilnya dipermainkan.

Tidak lama kemudian, Ning mengerang keras, karena mencapai orgasme dan ambruk ke dadaku. Retno sudah pada tingkat menjelang orgasme sampai akhirnya badannya berjingkat-jingkat menikmati kepuasan puncaknya. Aku membimbing keduanya ke bed besar, dan si Retno kulucuti semua bajunya.

Aku lalu merangkak diantara paha Retno lalu membenamkan k0ntolku perlahan-lahan. Retno masih mengernyitkan alisnya pertanda masih ada rasa sakit. Namun gerakan genjotanku berikutnya dia sudah mulai merintih perlahan-lahan. Aku sudah paham letak G-spotnya sehingga aku mengusahakan agar k0ntolku menggerus g-spotnya. Badannya terlunjak-lunjak saat k0ntolku mengerus, G-spotnya. Dia sudah melupakan rasa sakit. Sekarang sedang menghadapi gelombang besar orgasmenya. Kedua kakinya tiba-tiba merangkul badanku sehingga aku tidak bisa bergerak. K0ntolku seperti dipijat-pijat oleh vaginanya ketika dia mencapai orgasme. Terasa panjang betul denyut orgasmenya dan teriakan si Retno juga keras sekali, tetapi seperti orang menangis.

Aku duga dia mencapai orgasme yang tertinggi. Dia kemudian melemaskan badannya dan matanya terkatup rapat. Aku memberi hadiah ciuman hangat sekitar satu menit. Aku dipeluknya erat.
Ning yang melihat Retno mencapai orgasme dengan teriakan kencang, jadi terdorong untuk mengajakku berkayuh di mekinya. K0ntolku masih cukup perkasa, dan gelombang orgasmeku rasanya masih jauh. Permintaan Ning aku penuhi dan aku genjot dengan posisi gerusan di G spotnya. Ning sekarang yang meraung-raung seperti orang lupa diri.

Retno menonton pertunjukan kami, aku jadi terangsang karena ditonton dan juga raungan si Ning, jadi makin syur rasanya sehingga akhirnya tercapai juga orgasmeku. Pada saat kusemprot spermaku yang tidak seberapa, Ning berteriak, karena dia rupanya mendapat orgasmenya juga. Badanku dipeluknya erat dan aku merasa gelombang panjang berkali-kali memijat k0ntolku.

Sejak saat itu tidak ada lagi rahasia antara kami bertiga. Orgy selalu kami lakukan baik di unit Ning maupun di unit apartemen Retno. Mereka lama-lama menuntut agar tinggal di satu unit apartemen saja. Karena dengan demikian bisa selalu bersama sepanjang waktu. Aku menemukan apartemen seperti yang mereka minta, dan kamar utama ditempati si Ning, kamar kedua menjadi kamar Retno. Meski begitu mereka selalu tidur bersama.

Tanpa terasa sudah setahun berlalu. Aku mengajak bertemu temanku Budi. Dia berkeluh- kesah mengenai beratnya melayani keinginan sex istri-istrinya, kalau soal biaya tidak pernah menjadi masalah. Praktis ada 4 istri yang harus dipenuhi nafkah batinnya. Dia minta saranku, bagaimana cara mengatasinya.

Kendalanya adalah dalam sebulan Budi hanya ada sekitar 20 hari, bahkan kadang-kadang hanya setengah bulan. Dalam kurun waktu itu harus 4 istri yang diberi perhatian dan digilir sexnya. Jika dulu dia mengenluh nafsu sexnya banyak tidak tersalur, sekarang keluhan itu malah sebaliknya. Di minta saran aku. Untuk menceraikan beberapa istrinya, Budi merasa kasihan dan tidak tega, karena mereka semua sangat menyayanginya.

Aku menyarankan agar setiap istri diberi kesibukan kerja, sehingga pikiran mereka tidak terfokus pada suami saja. Istriku Ning sekarang sudah enjoy dengan salon kecantikannya sedangkan Retno asyik dengan usaha travel.

Saran itu diikuti Budi, Semua istri-istrinya diberi usaha. Dia memberi masing-masing istrinya sebuah minimarket yang dibeli dengan sistem waralaba. Dari hasil waralaba itu, istrinya dibebaskan membuka usaha lain yang disukainya. Setelah itu mereka sibuk dengan masing-masing urusannya sehingga Budi bercerita dia hanya menggilir istrinya sebulan sekali. Pergaulan dengan para istrinya bukan terfokus pada sex tetapi sudah beralih pada masalah bisnis.

Bagaiman Dengan Cerita Dewasa Belanja Cari Istri ? Seru bukan ? Dan jangan lupa untuk di simak Cerita Dewasa lainnya Seperti di bawah ini :

Cerita Sex Diperkosa Janda Binal

Cerita Sex Diperkosa Janda Binal

Cerita Sex Diperkosa Janda Binal

Cerita Dewasa kali ini menceritakan tentang kisah Cerita Sex Diperkosa Janda Binal , cerita ini merupakan kisah nyata yang di alamin oleh salah satu penulis cerita yang di tuangkan menjadi sebuah cerita sex yang membuat nafsu gitu mengebu ngebu. Silahkan di simak langsung Cerita 17+ kali ini :

Cerita Sex Diperkosa Janda Binal - Sebuah cerita Sex Dewasa, seorang pria yang melepas keperjakaannya dengan berhubungan seX atau ngentot seorang janda binal yang tak lain adalah tetangga rumahnya sendiri. 

Pembaca, aku ingin berbagi pengalaman pertamaku bercinta dengan wanita. 

Ini terjadi saat aku baru duduk di bangku SLTP kelas 3. 

Waktu itu aku tinggal di pinggiran kota Jakarta yang masih banyak penduduk Betawinya. 

Di sebelah rumahku tinggal keluarga Betawi, anak lelaki bungsunya teman bermainku. 

Dia mempunyai 3 orang kakak perempuan. 

Yang akan aku ceritakan di sini adalah kakaknya yang bernama Anah. Seorang janda beranak satu. 

Usianya saat itu kira-kira 38 tahunan.Sebagai tetangga sebelah rumah, aku cukup akrab dengan semua anggota keluarga, sehingga aku bisa keluar masuk rumahnya dengan leluasa. 

Oh iya, sebelum aku lupa, mpok Anah ini orangnya hitam manis dengan payudara cukup besar. Entahlah, aku sendiri saat itu tidak tau persis, karena masih “ingusan”. Yang aku tau, ukurannya cukup membuat anak seusiaku menelan ludah, kalau melihatnya.

Seperti orang Betawi jaman dulu pada umumnya, mpok Anah ini suka sekali, terutama kalau hari sedang panas, cuma pakai bra saja dan rok bawah. Mungkin untuk mendapatkan kesegaran. Nah aku seringkali melihat si mpok dalam “mode” seperti ini. 

Usiaku saat itu sudah memungkinkan untuk bergairah melihat tonjolan payudaranya yang hanya ditutupi bra. 

Tapi yang paling membuatku menahan nafas adalah bentuk dan goyangan pantatnya. Pinggul dan pantatnya bulat dan bentuknya “nonggeng” di belakang. Kalau berjalan, pantatnya bergoyang sedemikian rupa membuat gairah remajaku yang baru tumbuh selalu tergoda.

Pembaca, mpok Anah ini sudah tiga kali menjanda, dan semua warga kampung kami sudah tahu bahwa mpok Anah ini memang “nakal” sehingga tidak ada pria yang betah berlama-lama menjadi suaminya. Mpok Anah ini suka sekali menggodaku dengan mengatakan bahwa dia pengen sekali merasakan keperjakaanku (saat itu aku memang masih perjaka, belum pernah sekalipun merasakan wanita, pacaranpun baru sebatas mencium dan memeluk saja).

Suatu kali, selepas maghrib, aku ke rumahnya. Tadinya aku ingin mengajak Udin, adiknya yang temanku untuk main. Aku masuk lewat pintu belakang karena memang sudah akrab sekali. Tapi di belakang rumahnya itu, ada mpok Anah yang sedang duduk di kursi dekat sumur (sumurnya masih pake timba).

Aku bertanya ke si mpok, “Pok, Udin ada?”.

“Kagak, dia ikut baba (Bapak) ama nyak (Ibu) ke Depok.” jawab si mpok.

“Wah, jadi mpok sendirian dong di rumah?” tanyaku basa basi.

“Iya, asyik kan? Kita bisa pacaran.” sahut si mpok.

Aku cuma tertawa, karena memang sudah biasa dia ngomong begitu.

“Duduk dulu dong Wan, ngobrol ama mpok ngapa sih.” katanya.

Akupun duduk di kursi sebelah kirinya, si mpok sedang minum anggur cap orangtua. Aku tahu dia memang suka minum anggur, mungkin itu juga sebabnya tidak ada suami yang betah sama dia.

“Si Amir mana pok?” tanyaku menanyakan anaknya.

“Diajak ke Depok.” sahutnya pendek.

“Mau minum nggak Wan?” dia nawarin anggurnya.

Entah kenapa, aku tidak menolak. Bukannya sok alim pembaca, aku juga suka minum, cuma karena orang tuaku termasuk berada, biasanya aku hanya minum minuman dari luar negeri. 

Tapi saat itu aku minum juga anggur yang ditawarkan mpok Anah. Jadilah kami minum sambil ngobrol ngalor ngidul. 

Tak terasa sudah satu botol kami habiskan berdua. Dan aku mulai terpengaruh alkohol dalam anggur itu, namun aku pura-pura masih kuat, karena kulihat mpok Anah belum terpengaruh. Gengsi.

Aku mulai memperhatikan mpok Anah lebih teliti (terutama setelah dipengaruhi alkohol murahan 
itu). Pandanganku tertuju ke toketnya yang hanya ditutupi bra hitam yang agak kekecilan. Sehingga toketnya seperti mau meloncat keluar. 

Wajahnya cukup manis, agak ke arab-araban, kulitnya hitam tapi mulus. Baru sekarang aku menyadari bahwa ternyata mpok Anah manis juga. Rupanya pengaruh alkohol sudah mendominasi pikiranku.

Merasa diperhatikan si Mpok membusungkan dadanya, membuat penis remajaku mulai mengeras. Dan dengan sengaja dia membuat gerakan menggaruk toket kirinya sambil memperhatikan reaksiku. Tentu saja aku belingsatan dibuatnya. Sambil menggaruk toketnya perlahan si Mpok bertanya.

“Wan kok bengong gitu sih?”

Bukannya kaget, aku yang sudah setengah mabok itu malah menjawab terus terang, “Abis tetek Mpok gede banget, bikin saya napsu aja.”

Eh, dia malah merogoh toket kirinya, terus dikeluarkan dari branya.

“Kalo napsu, pegang aja Wan. Nih,” katanya sambil mengasongkan toketnya ke depan.

“Diemut juga boleh Wan.” tambahnya.

Aku yang sudah mabok alkohol, semakin pusing karena ditambah mabok kepayang akibat tantangan Mpok Anah.

“Boleh pok?” tanyaku lugu.

“Dari dulu kan Mpok udah pengen buka “segel” Irwan. Irwannya aja yang jual mahal.” katanya sambil memegang kepalaku dengan tangan kirinya dan menekan kepalaku ke arah toketnya.

Aku pasrah, perlahan mukaku mendekat ke arah toket kirinya yang sudah dikeluarkan dari bra itu. 

Dan hidungku menyentuh pentilnya yang cokelat kehitaman. Segera aroma yang aneh tapi membuat kepalaku seperti hilang menyergap hidungku. Dan keluguanku membuat aku hanya puas mencium dengan hidungku, menghirup aroma toket Mpok Anah saja.

“Waan.” tegur Mpok Anah.

“Apa Mpok?” tanyaku sambil menengadah.

“Jangan cuma diendus gitu ngapa. Keluarin lidah Irwan, jilatin pentil Mpok, terus diemut juga. Ayo 
coba” Mpok Anah mengajariku sambil kembali tangannya menekan kepalaku.

Aku menurut, kukeluarkan lidahku, dan kujilati sekitar pentilnya yang kurasakan semakin keras di lidahku. Dan sesekali kuemut pentilnya seperti bayi yang menyusu pada ibunya. Ku dengar Mpok Anah mengerang, tangannya meremas rambutku dan berkata.

“Naah, gitu Wan. Terusin Waann. Gigit pentil Mpok Wan, tapi jangan kenceng gigitnya, pelan aja.” pinta si Mpok.

Akupun menuruti permintaannya. Kugigit pentilnya pelan, erangan dan desahannya semakin keras. Dengan lembut si Mpok menarik kepalaku dari toketnya, wajahku ditengadahkan, lalu dia mencium bibirku dengan penuh gairah. 

Bibirku diemut dan lidahnya bermain dengan lincahnya di dalam mulutku. Aku terpesona dengan permainan lidahnya yang baru sekali ini kurasakan. Getaran yang diberikan Mpok Anah melalui lidahnya menjalar dari sekujur bibirku sampai ke seluruh tubuhku dan akhirnya masuk ke jantungku. 

Aku terbawa ke awang-awang. TIdak hanya itu, Mpok Anah menjilati sekujur wajahku, dari mulai daguku, ke hidungku, mataku semua dijilat tak terlewat satu sentipun. Terakhir lidah Mpok Anah menyapu telingaku, bergetar rasanya seluruh tubuhku merasakan sensasi yang Mpok Anah berikan ini.

Sambil menjilati telingaku, tangannya menarik tanganku dan dibawanya ke toketnya, sambil membisikkan, “Remes-remes tetek Mpok dong Waann.” Aku menurutinya, dan kudengar desahan si Mpok yang membuatku semakin bergairah, sehingga remasanku pada teteknya juga semakin intens.

“Aauugghh.. Sshh.. Naahh gitu Wan.”

Lalu diapun kembali menjilati daerah telingaku. Aku semakin terbuai dengan permainan Mpok Anah yang ternyata sangat mengasyikkan untukku ini. Lalu Mpok Anah kembali menciumi bibirku, dan kami saling berpagutan. Aku jadi mengikuti permainan lidah Mpok Anah, lidah kami saling membelit, menjilat mulut masing-masing. Kembali kurasakan tekanan tangan Mpok Anah yang membimbing kepalaku ke leher dan telinganya. Akupun melakukan seperti yang dilakukan Mpok Anah tadi.

Kujilati telinganya, dan dia mendesah kenikmatan. Lagi, dia menekan kepalaku untuk mencapai teteknya yang semakin mencuat pentilnya. Aku mencoba mengambil inisiatif untuk memegang vaginanya. Tangan kiriku bergerak turun untuk menyentuh bagian paling intim Mpok Anah. Tapi Mpok Anah menahan tanganku.

“Nanti dong Waan, sabar ya sayaanng.” Aku sudah gemetar menahan gairah yang kurasakan mendesak di sekujur tubuhku.

“Pook, Irwan pengen pook.” pintaku.

“Pengen apa Waan,” tanya Mpok Anah menggodaku.

“Pengen liat itu.” kataku sambil menunjuk ke selangkangan Mpok Anah yang masih tertutup rok merah dari bahan yang tipis.

“Pengen liat memek Mpok?” Mpok Anah menegaskan apa yang kuminta.

“Iya pok.” jawabku.

“Itu sih gampang, tinggal Mpok singkapin rok Mpok, udah keliatan tuh.” kata Mpok Anah sambil menyingkapkan roknya ke atas, sehingga terlihat celana dalamnya yang berwarna biru tua.

Dan kulihat segunduk daging di balik CD biru tua itu. Aku menelan ludah dan terpaksa menahan untuk tidak limbung. Sungguh luar biasa bentuk gundukan di balik CD itu. Aku memang baru pertama kali melihat gundukan memek, tapi aku yakin kalo gundukan memek Mpok Anah sangat montok alias tembem sekali. Dan Mpok Anah memang sengaja ingin menggodaku, dia menahan singkapan roknya itu beberapa lama, dan saat aku ingin menyentuhnya, dia kembali menutupnya sambil tertawa menggoda.

“Jangan disini dong Wan. Ntar kita digerebek lagi kalo ada yang tau.” kata Mpok Anah sambil berdiri dan menuntun tanganku ke dalam rumahnya. situs judi online

Bagai kerbau dicocok hidungnya akupun menurut saja. Aku sudah pasrah, aku ingin sekali merasakan nikmatnya Mpok Anah. Dan yang pasti aku sudah telanjur hanyut oleh permainannya yang pandai sekali membawaku ke dalam jebakan kenikmatan permainan sorgawinya.

Mpok Anah menuntunku ke kamarnya. Tempat tidurnya hanya berupa kasur yang diletakkan di atas karpet vinyl, tanpa tempat tidur. Lalu mpok Anah mengajakku duduk di kasur. Kami masih berpegangan tangan. Mpok Anah melumat bibirku, dan kami berpagutan kembali. Lalu mpok Anah menghentikan ciuman kami. Dia menatapku dengan tajam, lalu bertanya.

“Wan, kamu bener-bener pengen ngeliat memek mpok?”

Aku mengangguk, karena pertanyaan ini membuatku tidak bisa menjawab. Semakin mabok rasanya. Mpok Anah kemudian melepaskan rok dan bra yang dipakainya dan sekarang tinggal CDnya saja yang masih tersisa. Kembali aku menelan ludah. Dan pandanganku terpaku pada gundukan di balik celana dalam mpok Anah. Betapa montoknya gundukan memek mpok Anah.

Lalu mpok Anah berbaring telentang, kemudian dengan gerakan perlahan, mpok Anah mulai menurunkan CD sehingga terlepaslah sudah. Aku yang masih duduk agak jauh dari posisi memek mpok Anah cuma bisa menahan gairah yang menggelegak di dalam jantung dan hatiku.

Benar saja, memek mpok Anah sangat tebal, dagingnya terlihat begitu menggairahkan. Dengan bulu yang lebat, semakin membuatku tidak karuan rasanya.

“Katanya pengen ngeliat, sini dong liatnya dari deket Wan,” kata mpok Anah.

“I iya pok,” sahutku terbata sambil mendekatkan wajahku ke selangkangan mpok Anah. Dia melebarkan kedua pahanya sehingga membuka jalan bagiku untuk lebih mendekat ke memeknya.

“Niih, puas-puasin deh liatin memek mpok, Wan.” kata mpok Anah.

Setelah dekat, apa yang kulihat sungguh membuatku tidak kuat untuk tidak gemetar. Belahan daging yang kulihat ini sangat indah, berwarna merah, bulunya lebat sekali menambah keindahan. Di bagian atas, mencuat daging kecil yang seperti menantangku untuk menjamahnya. Aromanya, sebuah aroma yang aneh, namun membuatku semakin horny.

“Udah? Cuma diliatin aja? Nggak mau nyium itil mpok?” pancing mpok Anah sambil dua jari tangan kanannya menggosok-gosok daging kecil yang mencuat di bagian atas memeknya.

“Mm.. Mmau pok. Mau banget.” kataku antusias. Lalu tangan mpok Anah menekan kepalaku sehingga semakin dekat ke memeknya. “Ya udah cium dong kalo gitu, itil mpok udah nggak tahan pengen Irwan ciumin, jilatin, gigitin.”

Dan bibirkupun menyentuh itilnya, kukecup itilnya dengan nafsu yang hampir membuatku pingsan. Aroma kewanitaan mpok Anah semakin keras menerpa hidungku. Mpok Anah mendesah saat bibirku menyentuh itilnya. Lalu kejilati itilnya dengan semangat, tidak hanya itilnya, tapi juga bibir memek mpok Anah yang tebal itu aku jilati. Jilatanku membuat mpok Anah mengejang seraya mendesah dan mengerang hebat.

“Sshh.. Aarrgghh.. Gitu Waann.. Oogghh..”

Suara rintihan dan desahan mpok Anah membuatku semakin bergairah menjilati seluruh bagian memek mpok Anah. Bahkan sekarang kumasukkan lidahku ke dalam jepitan bibir memek mpok Anah. Tangan mpok Anah menekan kepalaku, sehingga wajahku semakin terbenam dalam selangkangan mpok Anah. Agak susah juga aku bernafas, tapi aku senang sekali.

Kumasukkan lidahku ke dalam lubang nikmat mpok Anah, lalu ku jelajahi lorong memeknya sejauh lidahku mampu menjangkaunya. Tiba-tiba, kurasakan lidahku seperti ada mengemut. Luar biasa, rupanya memek mpok Anah membalas permainan lidahku dengan denyutan yang kurasakan seperti mengemut lidahku. Tubuh mpok Anah menggelinjang keras, pinggulnya berputar sehingga kepalaku ikut berputar.

Tapi itu tidak menghentikan permainan lidahku di dalam jepitan daging memek mpok Anah. Desahan mpok Anah semakin keras begitu juga dengan gerakan pinggulnya, aku semakin bersemangat menjilati, dan sesekali aku menjepit itilnya dengan kedua bibirku, dan rupanya ini sangat membuat mpok Anah terangsang, terbukti setiap kali aku menjepit itilnya dengan bibir, mpok Anah mengejang dan mendesah lebih keras.

“Sshh, aarrghhgghh, Wan, itu enak banget waan..”

Tapi, putaran pinggul mpok Anah terhenti, sebagai gantinya, sesekali dia menghentakkan pantatnya ke atas. Hentakan-hentakan ini membuat wajahku seperti mengangguk-angguk. Erangannya semakin keras, dan tiba-tiba dia menjerit kecil, tubuhnya mengejang, pantatnya diangkat keatas, sedangkan tangannya menekan kepalaku dengan kencang ke memeknya. Dan kurasakan di dalam memek mpok 
Anah ada cairan yang membanjir dan ada rasa gurih yang nikmat sekali pada lidahku.

Desahan mpok Anah seperti sedang menahan sakit. Tapi belakangan baru aku tahu bahwa ternyata mpok Anah sedang mengalami orgasme. Dan pantat mpok Anah berputar pelan sambil terkadang terhentak keatas, dan tubuhnya mengejang. Sementara itu, cairan yang membanjir keluar itu ada yang tertelan sedikit olehku, tapi setelah aku tahu bahwa rasanya enak, akupun menjilati sisa cairan yang masih mengalir keluar dari memek mpok Anah. Mpok Anah kembali menggeliat dan mengerang seperti orang sedang menahan sakit.

Kepalaku masih terjepit dipahanya, dan mulutkupun masih terbenam di memeknya. Tapi aku tak peduli, aku menikmati sekali posisi ini. Dan tak ingin cepat-cepat melepaskannya. Tak lama kemudian, mpok Anah merenggangkan pahanya sehingga kepalaku bisa bebas lagi. Kemudian mpok Anah menarik tanganku. Aku mengikuti tarikannya, badanku sekarang menindih tubuhnya, kambali bibir kami berpagutan. Lidah saling belit dalam gelora nafsu kami.

Lalu mpok Anah melepaskan ciumannya dan berkata, “Wan, terima kasih ya. Enak banget deh. Mpok puas. Ayo sekarang giliran mpok.”

Mpok Anah bangun dari tidurnya dan akupun duduk. Dia mulai membuka pakaianku dimulai dari kemejaku. Setiap kali satu kancing baju terlepas, mpok Anah mengecup bagian tubuhku yang terbuka. Dan saat semua kancing sudah terlepas, mpok Anah mulai menjilati dadaku, pentilku disedotnya. Aku merasakan sesuatu yang aneh namun membuatku semakin bernafsu. Sambil menjilati bagian atas tubuhku, tangan mpok Anah bekerj membuka celana panjangku dan melemparkannya ke lantai. Sekarang aku hanya tinggal mengenak CD saja. Mpok Anah menyuruhku berbaring telentang. Aku menurut.

Lalu CD ku diperosotkannya melalui kakiku, aku membantu dengan menaikkan kakiku sehingga mpok Anah lebih mudah melepaskan CDku. Dunia seperti terbalik rasanya saat tangan mpok Anah mulai menggenggam tititku dan mengelus serta mengocoknya perlahan.

“Lumayan juga titit kamu Wan. Gede juga, keras lagi.” celetuk mpok Anah.

Tak membuang waktu, mpok Anah segera menurunkan wajahnya sehingga mulutnya menyentuh kepala tititku. Dikecupnya kepala tititku dengan lembut, kemudian dikeluarkannya lidahnya, mulai menjilati kepala, lalu batang dan turun ke.. Bijiku. Semua dilakukannya sambil mengocok tititku dengan gerakan halus. Lidahnya bergerak turun naik dengan lincahnya membuatku semakin tidak terkendali. Aku mendesah dan mengerang merasakan kenikmatan dan sensasi yang mpok Anah berikan. Sungguh luar biasa permainan lidah mpok Anah.

Setelah beberapa lama, mpok Anah menghentikan lidahnya. Rupanya dia sudah merasa bahwa tingkat ereksiku sudah cukup untuk memulai permainan.

“Udah Wan, sekarang Irwan masukkin kontol Irwan ke memek mpok. Adduhh, mpok udah nggak sabar pengen disiram sama perjaka. Biar mpok awet muda Wan.” kata mpok Anah.

Aku tak mengerti maksud mpok Anah, tapi yang jelas, sekarang mpok Anah kembali tiduran dan menyuruhku mulai mengambil posisi di atasnya. Mpok Anah melebarkan kedua kakinya sehingga aku bisa masuk di antara kakinya itu. Kemudian mpok Anah memegang tititku dan mengarahkannya ke memeknya yang sudah menanti untuk kumasuki. Mpok Anah meletakkan tititku di depan memeknya, kemudian berkata, “Nah, sekarang teken Wan.”

Aku tidak menunggu lebih lama lagi. Segera kutekan tititku memasuki kegelapan memek mpok 
Anah. Kurasakan tititku seperti dijepit daging yang sangat keras namun lembut dan kenyal, agak licin tapi sekaligus juga agak seret.

“Aagghh.. Pelan dulu Wan,” pinta mpok Anah.

Saat kepala tititku sudah masuk, mpok Anah menggoyangkan pinggulnya sedikit, membuatku semakin mudah untuk memasukkan seluruh tititku. Dan akhirnya terbenamlah sudah tititku di dalam memeknya. Jepitannya kuat sekali, namun ada kelicinan yang membuatku merasa seperti di dalam sorga. 

Kemudian mpok Anah terdiam. DIa berkonsentrasi agaknya, karena tahu-tahu kurasakan tititku seperti disedot oleh memek mpok Anah. Ya ampuun, rasanya mau meledak tubuhku merasakan denyutan di memek mpok Anah ini. Tititku seperti dijepit dan tidak bisa kugerakkan. Seperti ada cincin yang mengikat tititku di dalam memek mpok Anah. Aku agak bingung, karena aku tidak bisa bergerak sama sekali.

“Mpok, apa nih?” aku bertanya.

“Enak nggak Wan?” tanya mpok Anah.

“Iya pok, enak banget. Apaan tuh tadi pok?” aku kembali bertanya.

Mpok Anah tidak menjawab, hanya tersenyum penuh kebanggaan. Kemudian mpok Anah melepaskan jepitan memeknya pada tititku.

“Sekarang kamu gerakin keluar masuk titit kamu ya Wan.” perintah mpok Anah.

Dan akupun mulai permainan sesungguhnya, kugerakkan tititku keluar masuk di lorong kenikmatan mpok Anah. Setiap gerakan yang kubuat menimbulkan sensasi yang luar biasa, baik untukku maupun untuk mpok Anah. Mula-mula pelan saja gerakanku, tapi lama-lama, mungkin karena nafsu yang semakin besar, gerakanku semakin cepat. Dan mpok Anah mengimbangi gerakanku dengan putaran pinggulnya yang mengombang-ambingkan tubuhku. Putaran pinggul mpok Anah membuat seperti ada yang mau meledak dalam diriku.

“Hhgghh.. Oogghh.. Sshh, Waann. Kamu jago banget waann..” desah pok Anah.

Aku tidak tahu apa maksudnya, namun pujiannya membuatku semakin memacu “motor”ku menerobos kegelapan di lorong mpok Anah. Lalu mpok menghentikan putaran pinggulnya dan melingkarkan kakinya ke kakiku sehingga kembali aku tidak bisa bergerak leluasa.

“Wan, sekarang kamu diem aja, kamu rasain aja mpot ayam mpok.” perintahnya.

Lagi, aku tak tahu apa maksudnya, namun mpok Anah mencium bibirku dan lidahnya mengajakku berpagutan kembali.

“Mpok udah mau keluar lagi nih wan, kita barengin ya sayang, mpok tanggung pasti enak deh.” kata mpok Anah.

Tubuh mpok Anah diam, namun kurasakan tititku seperti dijepit dan dipijit dengan lembut, benar-benar luar biasa memek mpok Anah. Kembali desakan lahar dalam diriku menuntut dikeluarkan. Dan denyutan memek mpok Anah terus saja mengemuti tititku membuatku merem melek. Dan akhirnya aku benar-benar tidak kuat menahan lahar yang mendesak itu.

“Mpookk.. Adduuhh.. Sayaa..” aku tidak dapat meneruskan kata-kataku, tapi mpok Anah rupanya mengerti bahwa aku sudah hampir mencapai klimaksku.

“Tahan Wan, mpok juga mau nyampe nih, Barengin ya Wan.” kata mpok Anah.

Aku tak peduli, karena aku tidak bisa menahannya, dengan erangan panjang, aku merasakan tititku mengeras dan tubuhku mengejang. Kuhunjamkan tititku dalam-dalam ke memek mpok Anah, dan menyemburlah lahar yang sudah mendesak dari tadi ke dalam memek mpok Anah.

“Mpookk.. Aagghh..”

Croott… Crroott… Mpok Anahpun menjerit kecil dan tubuhnya menegang, tangannya memeluk dengan kuat. Di dalam kegelapan memek mpok Anah, semprotan air maniku bercampur dengan banjirnya air mani mpok Anah. Aku tak bisa mengungkapkan bagaimana enaknya sensasi yang kurasakan. Pinggul mpok Anah bergetar, dan menghentak dengan kerasnya. Memeknya berdenyut-denyut, enak sekali. Banyak selaki lahar yang kumuntahkan di memek mpok Anah, ditambah lahar mpok Anah, rupanya tidak mampu ditampung semuanya, sehingga sebagian meleleh keluar dari memek mpok Anah dan turun ke belahan pantatnya.

Lama kami berdiam dalam posisi masih berpelukan, tititku masih terbenam di memek mpok Anah. 

Tubuh kami bersimbah peluh, nafas kami masih memburu. Kemudian, mpok Anah tersenyum, lalu menciumku.

“Kamu hebat banget Wan. Baru pertama aja udah bisa bikin mpok puas. Gimana nanti kalo udah jago.” kata mpok Anah.

“Pok, Ma kasih ya pok. Enak banget deh tadi pok.” kataku.

“Sama-sama Wan, mpok juga terima kasih udah dikasih perjaka kamu. Besok mau lagi nggak?” tantang mpok Anah.

“Mau dong pok, siapa yang nggak mau memek enak kayak gini.” jawabku sambil mengecup bibirnya. Dan kamipun kembali berpagutan.

Itulah pengalaman pertamaku dengan wanita. Sejak itu, mulailah petualanganku dengan wanita-wanita yang lain. Mpok Anah telah memberi pelajaran yang sangat nikmat. Terima Kasih Mpok Anahku Sayang.

Bagaiman Dengan Cerita Sex Diperkosa Janda Binal ? Seru bukan ? Dan jangan lupa untuk di simak Cerita Dewasa lainnya Seperti di bawah ini :